AS dan Indonesia Bekerja Sama dalam Observasi Iklim Laut

Pada acara pelepasan pelayaran kapal riset Baruna Jaya I pada 16 April lalu, Duta Besar Amerika Serikat Robert Blake menggarisbawahi pentingnya kerja sama Iptek internasional  dalam bidang observasi iklim laut. Dalam acara tersebut, Dubes Blake didampingi oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG); Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT); dan Plt Sekretaris Utama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Kapal milik BPPT tersebut akan melakukan observasi bersama di laut, sekaligus memasang dan merawat pelampung (buoy) untuk penelitian oseanografi. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari kerja sama AS-Indonesia dalam menyempurnakan sistem prakiraan cuaca dan iklim di Samudra Hindia. Pihak Indonesia mengucapkan terima kasih kepada pihak Amerika Serikat, khususnya National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), atas dukungannya terhadap Indonesian Program Initiative on Maritime Observation and Analysis (InaPRIMA), sekaligus menegaskan pentingnya kerja sama dalam penyempurnaan data meteorologi, baik pada tingkat lokal maupun global, mengingat implikasinya terhadap perubahan iklim dan prakiraan cuaca ekstrem. Ekspedisi tersebut, yang melibatkan lebih dari 24 ilmuwan dan peneliti Indonesia, serta dua teknisi dari Pacific Marine Environmental Laboratory NOOA, ditujukan untuk pemulihan tiga dan penyebaran lima struktur terapung (mooring) di laut dalam, sebagai bagian dari Research Moored Array for African-Asian-Australian Monsoon Analysis and Prediction (RAMA). RAMA adalah program bersama untuk meningkatkan pemahaman akan musim hujan di Afrika-Asia-Australia dan dampaknya terhadap lokasi yang terletak jauh dari kawasan tersebut (far field). RAMA melengkapi sejumlah jajaran struktur terapung lainnya di Samudra Atlantik dan Pasifik.