Pada 15 Desember, dalam acara Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (Partnership for Global Infrastructure and Investment, atau disingkat PGII) di KTT G20, Presiden Jokowi dan para pemimpin Kelompok Mitra Internasional (International Partners Group, atau IPG) dari negara-negara yang memiliki kepedulian yang sama, yang dipimpin bersama oleh Amerika Serikat dan Jepang, dan termasuk Kanada, Denmark, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, serta Inggris, mengeluarkan Pernyataan Bersama terkait peluncuran Kemitraan Transisi Energi yang Adil (Just Energy Transition Partnership, atau JETP) yang dikembangkan dengan Indonesia selama masa Presidensi G20. Kemitraan penting ini menuju transisi sektor tenaga listrik Indonesia yang ambisius dan adil, mendukung target yang konsisten dengan proyeksi pencapaian batas pemanasan global 1,5 derajat celcius. Dengan dukungan dari mitra internasional Indonesia akan bekerja untuk mengembangkan rencana investasi yang komprehensif guna mencapai target dan kebijakan baru yang signifikan dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca serta mendukung masyarakat yang terkena dampak, dengan:
- Mencapai puncak emisi total di sektor tenaga listrik pada 2030, menggeser proyeksi puncak emisinya ke depan.
- Membatasi emisi sektor kelistrikan sebesar 290 megaton CO2 pada 2030, atau turun dari nilai dasar semula sebesar 357 MT CO2.
- Menetapkan target untuk mencapai emisi nol bersih di sektor ketenagalistrikan pada tahun 2050, memajukan target emisi nol bersih sektor ketenagalistrikan Indonesia dalam sepuluh tahun.
- Mempercepat penyebaran energi terbarukan sehingga pembangkit energi terbarukan mencakup setidaknya 34 persen dari semua pembangkit listrik pada 2030, yang diperkirakan akan menggandakan total penyebaran energi terbarukan selama dekade ini dibandingkan dengan rencana pada saat ini.
Untuk mencapai target-target ini, kemitraan jangka panjang ini berencana untuk memobilisasi dana sebesar 20 miliar dolar AS di awal dalam bentuk pembiayaan publik dan swasta selama periode tiga sampai lima tahun kedepan dengan campuran hibah, pinjaman lunak, pinjaman dengan suku bunga pasar, pinjaman dengan jaminan, dan investasi swasta. Kontribusi untuk JETP mencakup 10 miliar dolar dalam bentuk komitmen sektor publik, dan komitmen untuk bekerja memobilisasi dan memfasilitasi investasi swasta senilai 10 miliar dolar dari serangkaian awal lembaga keuangan swasta yang dikoordinasikan oleh Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ), termasuk Bank of Amerika, Citi, Deutsche Bank, HSBC, Macquarie, MUFG, dan Standard Chartered. Kemitraan ini juga akan mengoptimalkan keahlian, sumber daya, dan operasi bank pembangunan multilateral.
Kemitraan yang sukses diharapkan dapat membantu menggeser tanggal target puncak sektor ketenagalistrikan Indonesia ke depan sekitar tujuh tahun dan menghasilkan pengurangan emisi kumulatif lebih dari 300 MT emisi gas rumah kaca hingga 2030 dan sebuah pengurangan yang jauh di atas 2 GT hingga 2060 yang merupakan proyeksi Indonesia saat ini.
Selama enam bulan ke depan, para pihak yang terlibat akan bekerja sama untuk mengembangkan rencana konkret investasi, pembiayaan, dan bantuan teknis demi mendukung target ambisius ini.
Presiden Jokowi menyatakan bahwa “Indonesia berkomitmen untuk menggunakan transisi energi untuk mencapai ekonomi hijau dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Kami berterima kasih atas kerja sama dan dukungan dari mitra internasional kami untuk mewujudkan implementasi penuh yang akan mempercepat transisi ini. Kemitraan ini akan menghasilkan pelajaran berharga bagi komunitas global dan dapat direplikasi di negara lain untuk membantu memenuhi tujuan iklim bersama kita melalui tindakan kolaboratif yang nyata.”
Presiden Joe Biden menekankan pentingnya kemitraan ini, dengan mengatakan, “Indonesia telah menunjukkan kepemimpinan dan ambisi yang luar biasa selama pengembangan kemitraan ini. Target baru dan yang dipercepat yang dihasilkan menunjukkan bagaimana negara dapat secara dramatis mengurangi emisi dan meningkatkan energi terbarukan sementara memajukan komitmen untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas dan melindungi mata pencaharian dan masyarakat.”
Perdana Menteri Jepang Kishida Fumio mengatakan, “Jepang menyambut baik peluncuran Kemitraan ini, yang mendukung komitmen Indonesia terhadap target 1,5 derajat. Jepang akan terus memimpin Kemitraan bersama AS, berkoordinasi dengan negara-negara mitra lainnya, dan mempercepat transisi energi Indonesia yang realistis namun ambisius dari batu bara ke alternatif terbarukan dengan keterlibatan lebih lanjut dari sektor swasta.”
Baca selengkapnya di sini.