Menlu Blinken Memuji Kepemimpinan G20 Indonesia dalam Kesehatan Global

SambutanAntony J. Blinken, Menteri Luar NegeriWashington, D.C.14 Februari 2022

Hampir tiga tahun pandemi COVID-19 berlangsung, penderitaan dunia terus berlanjut meskipun ada upaya heroik dari tenaga kesehatan, warga sipil, institusi, organisasi, negara, dan perekonomian kita. Sepanjang periode tersebut, fakta yang tetap bahwa tidak ada satu negara pun yang mampu bertindak sendiri untuk menghentikan virus. Seperti yang dijelaskan oleh Presiden Biden sejak KTT Global COVID-19 pada September 2021, memvaksin warga dunia, menyelamatkan nyawa sekarang, serta membangun kembali dengan lebih baik memerlukan tindakan global bersama. Secara bersama-sama, komunitas internasional dapat mengkahiri fase akut pandemi. Pertemuan Aksi Global COVID-19 atau COVID-19 Global Action Meeting hari ini merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan bersama ini.

MENLU BLINKEN:

“[K]ita harus menatap masa depan dan memperkuat keamanan kesehatan global untuk menghadapi keadaan darurat berikutnya. Di antaranya memastikan pendanaan berkelanjutan untuk tanggap dan kesiapsiagaan pandemi, termasuk lembaga-lembaga internasional yang kokoh secara finansial dan pendanaan baru dari Bank Dunia yang secara khusus menitikberatkan pada kapasitas yang dibutuhkan untuk mencegah, mendeteksi, dan menghadapi ancaman di masa depan. Dan saya ingin memuji Indonesia karena kepemimpinannya di G20 tahun ini telah menggerakkan kita semua dalam hal ini.”

Sambutan Lengkap:

Salam kepada Anda semua. Selamat pagi, selamat siang, selamat sore. Terima kasih, terima kasih, terima kasih telah bergabung, di mana pun Anda di seluruh dunia.

Kita bertemu di saat yang menurut saya  menentukan dalam upaya kita melawan COVID-19. Di satu sisi, jumlah kasus varian Omicron menurun di banyak tempat, dan berkat inovasi sains modern, kita “dipersenjatai” dengan vaksin penyelamat nyawa; jutaan orang divaksin setiap harinya, dan di situ terdapat andil yang tidak kecil dari tindakan serta upaya yang banyak Anda lakukan sejak awal pandemi ini.

Pada saat yang bersamaan, kita semua sadar akan kenyataan bahwa pandemi ini masih jauh dari kata akhir. Sebagaimana Anda ketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan target vaksinasi 70 persen dari populasi di setiap negara, di setiap tingkatan pendapatan pada September tahun ini. Melihat tingkat kecepatan proses ini, kita masih berada jauh di bawah target. Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa meski 80 persen populasi di negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi telah divaksinasi, sementara kurang dari 11 persen populasi di negara-negara berpenghasilan rendah. Dan bulan lalu, WHO memperingatkan bahwa hampir 90 negara di seluruh dunia tidak berada di jalur yang tepat untuk mencapai target 70 persen tadi. Itu berarti ada miliaran orang yang rentan terhadap COVID, dan dunia tetap rentan terhadap varian-varian baru, yang mungkin lebih mematikan dan menular dibandingkan yang kita alami selama ini.

Jadi kita perlu melakukan segala upaya dan kontribusi yang telah dilakukan negara-negara kita, dan mengintensifkannya dan mengoordinasikannya dengan lebih baik lagi sehingga dapat mencapai target  dan mengakhiri fase akut COVID-19 tahun ini. Itulah mengapa kita berkumpul hari ini.

Rencana Aksi Global yang kita luncurkan hari ini menanggapi apa yang telah diidentifikasikan oleh komunitas internasional sebagai hambatan terbesar yang tersisa dalam perjuangan untuk mengakhiri pandemi ini. Ini adalah peta jalan kita yang paling jelas, menjabarkan enam lini upaya utama yang, ketika dijalankan bersama, akan membantu kita mencapai tujuan yang ditetapkan oleh Presiden Biden pada KTT Global COVID-19 tahun lalu: memvaksin warga dunia, menyelamatkan nyawa sekarang, mempersiapkan dunia untuk menghadapi pandemi di masa depan. Peta jalan ini dirancang secara eksplisit untuk menyelaraskan kekuatan yang menjadi ciri khas suatu negara dengan bidang kebutuhan yang mendesak, mungkin itu logistik dan operasional, atau mungkin industri farmasi yang kuat.

Tantangan kita sekarang adalah untuk menghubungkan kapasitas ini dengan lokasi-lokasi yang paling baik untuk kebanyakan orang. Kita telah mengidentifikasi kesenjangan, dan kini kita berupaya menutup kesenjangan tersebut. Hal itulah yang akan dilakukan Rencana Aksi Global. Izinkan saya menjelaskan secara singkat tiap-tiap upaya tersebut.

Pertama, dan yang paling penting, kita harus menyuntikkan lebih banyak vaksin secara lebih cepat.  Ini berarti mengatasi kesenjangan dalam hal kesetaraan dengan meningkatkan akses ke vaksin yang efektif di seluruh dunia. Tetapi kita tahu bahwa peningkatan pasokan saja tidak cukup untuk mengubah vaksin menjadi vaksinasi. Kita juga harus mengatasi tantangan-tantangan dalam pengiriman di titik terdekat  seperti akses ke teknologi pendinginan untuk vaksin ketika transit dalam perjalanannya. Jepang telah menunjukkan kepemimpinannya dalam bidang ini melalui program “Last One Mile Support” untuk sekitar 60 negara. Kita harus terus mendorong kemajuan tersebut.

Kedua, kita harus memperkuat rantai pasokan untuk vaksin dan pasokan-pasokan penting lainnya, seperti jarum suntik, alat tes, perawatan. Pandemi telah memperlihatkan betapa rentannya pasokan tersebut. Kita tidak dapat mencapai target WHO tanpa pasokan ini.

Ketiga, kita harus mengatasi ketimpangan informasi yang menyebabkan kepercayaan yang rendah terhadap vaksin. Dalam beberapa kasus, sejumlah oknum nakal menyebarkan misinformasi dan disinformasi. Sementara pada kasus-kasus lainnya, informasi yang jelas tentang vaksin yang aman dan efektif masih kurang memadai. Dengan menyesuaikan isi pesan yang ingin kita sampaikan kepada para pemirsa setempat, kita bisa memberikan arahan yang jelas, menghalau disinformasi, dan meningkatkan kepercayaan terhadap vaksin.Keempat, kita harus memberikan lebih banyak dukungan termasuk vaksinasi, perlengkapan, dan pelatihan bagi para tenaga kesehatan yang selalu berada di garda terdepan sejak pandemi ini merebak hingga mempertaruhkan nyawa mereka demi menyelamatkan orang lain.

Kelima, kita harus memberikan akses perawatan dan terapi yang lebih mudah kepada para pasien COVID-19 karena mengakhiri pandemi bukan sekadar melindungi orang dari virus, tapi juga membantu menyelamatkan nyawa mereka yang sedang terpapar.

Dan keenam dan terakhir, kita harus menatap masa depan dan memperkuat keamanan kesehatan global untuk menghadapi keadaan darurat berikutnya. Di antaranya memastikan pendanaan berkelanjutan untuk tanggap dan kesiapsiagaan pandemi, termasuk lembaga-lembaga internasional yang kokoh secara finansial dan pendanaan baru dari Bank Dunia yang secara khusus menitikberatkan pada kapasitas yang dibutuhkan untuk mencegah, mendeteksi, dan menghadapi ancaman di masa depan. Dan saya ingin memuji Indonesia karena kepemimpinannya di G20 tahun ini telah menggerakkan kita semua dalam hal ini. Sekali lagi, terima kasih kepada semua yang hadir dalam pertemuan ini karena telah menerima Rencana Aksi Global dan telah memimpin koordinasi upaya ini dengan komitmen-kominten yang nyata. Upaya kita hari ini akan membantu terbentuknya landasan bagi KTT COVID-19 Global berikutnya yang akan dipimpin Presiden Biden pada musim semi mendatang.

Dari kami, Amerika Serikat akan terus menyediakan vaksin ke seluruh dunia melalui COVAX. Hingga kini, kami telah menyalurkan lebih dari 435 juta dosis vaksin yang aman, efektif, dan bebas biaya, tanpa ikatan politik, sebagai bagian dari komitmen keseluruhan kami untuk menyediakan 1,2 miliar dosis vaksin pada akhir tahun ini. Ini mencakup donasi terbaru kami sebanyak lima juta dosis vaksin Johnson & Johnson kepada African Vaccine Acquisition Trust, sebuah upaya inovatif yang dilakukan Uni Afrika untuk membantu negara-negara Afrika yang lebih kecil bernegosiasi sebagai sebuah kelompok untuk pembelian vaksin.

Di samping donasi vaksin, Amerika Serikat juga berkomitmen untuk tetap terlibat di keenam lini upaya dan memainkan peran untuk memimpin koordinasi memperkokoh ketahanan rantai pasokan dan memperkuat keamanan kesehatan global.

Dalam setiap upaya kami, kami bekerja sama secara erat dengan para mitra kami karena pandemi adalah sebuah bentuk krisis yang tidak dapat diatasi oleh hanya satu negara saja. Kita sadar bahwa ini mungkin terjadi jika kita bekerja bersama. Lihat apa yang telah Uganda capai baru-baru ini.Pada awal November, hanya 14 persen penduduk dewasa Uganda yang telah mendapatkan vaksin dosis pertama. Kemudian sebuah upaya bersama dimulai. Pemerintah Uganda memimpin sebuah kampanye vaksinasi massal yang dilakukan oleh ratusan tenaga kesehatan. Mereka melacak perkembangan melalui sebuah perangkat yang dikembangkan oleh WHO. Para tokoh masyarakat yang berpengaruh memberantas misinformasi. Para donatur dari seluruh dunia menyumbangkan vaksin. Pada akhir Desember, hampir separuh panduduk dewasa Uganda telah diberikan vaksin dosis pertama, naik dari 14 menjadi 47 persen dalam waktu enam minggu.

Itu semua memungkinan jika kita semua, pemerintah, organisasi internasional, masyarakat madani, tenaga kesehatan, warga masyarakat, bekerja bersatu padu. Dengan tingkat koordinasi, kemitraan, dan komitmen yang sedemikian rupa, kita dapat dan akan mengakhiri pandemi ini.

Sekali lagi terima kasih kepada semua yang telah begabung hari ini, dan untuk hari-hari mendatang saat kita bekerja bersama, bergerak bersama, dan berkoordinasi bersama. Saya sangat menantikan diskusi bahkan lebih untuk mendukung upaya ini, dan pada akhinya berhasil mengatasi COVID-19 tahun ini. Terima kasih.