
Selamat siang
Yang terhormat, Gubernur Banten Wahidin Halim, Charge d’Affairs Australia Alister Cox, Panglima Armada Barat Laksamana Muda TNI Yudo Margono.
Para tamu yang terhormat dan teman-teman dari Angkatan Laut Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat, terima kasih atas partisipasi Anda pada acara yang sangat penting ini dan bersama kami mengenang hari penting dalam sejarah kita bersama.
Pertama-tama saya ingin ucapkan terima kasih kepada tamu istimewa kita hari ini, para awak kapal USS Chief, yang sudah berlayar dari Sasebo, Jepang, untuk mengikuti upacara ini. Terima kasih atas kehadiran Anda dan bantuan Anda memperingati hidup dan pengorbanan warga Amerika. Komitmen Angkatan Laut Amerika Serikat, dalam hal ini Armada ke-7 AS, mengirim USS Chief berlayar ke Jakarta menggambarkan betapa pemerintah amerika serikat melihat pentingnya kegiatan peringatan ini dan pentingnya situs ini, yang menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi 600 pahlawan Amerika Serikat.
Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk berada di sini bersama Anda dalam acara peringatan yang istimewa ini. Berada dilokasi USS Huston merupkan suatu kehormatan bagi saya selama menjabat sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk Republik Indonesia. Sangat emosional, untuk bisa hadir bersama Anda semua karena saat ini bertepatan dengan perayaan 70 tahun hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Republik Indonesia. Dengan memperingati pertempuran laut penting ini, kita juga memperingati berakhirnya perang dunia kedua, peristiwa yang memberikan banyak negara, termasuk Indonesia, jalan menuju kemerdekaan. Amerika Serikat bangga dapat merayakan 70 tahun hubungan diplomatik dengan Indonesia dan Kemitraan Strategis yang dibangun pada fondasi nilai-nilai demokrasi yang sama serta kepentingan bersama.
Kami bersyukur dengan adanya kepemimpinan Panglima TNI Marsekal Hadi, Kasal Laksamana Siwi Sukma Adjie, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, dan Pemerintah Provinsi Banten atas komitmen mereka untuk melindungi situs ini. Kami amat bersyukur atas komitmen ibu Menteri Susi yang tak tergoyahkan untuk menetapkan situs USS Houston sebagai Kawasan Konservasi Maritim. Kami terus mendukung misi Menteri Susi dan KKP untuk menetapkan situs Houston dan semua kapal perang asing yang dianggap sebagai puing-pusing bersejarah di perairan Indonesia sebagai Kawasan Konservasi Maritim, dan kami sangat bangga karena mitra abadi Houston, yakni Perth merupakan kapal pertama yang menerima penetapkan ini saat upacara peringatan tahun kemarin.
Situs USS Houston dan HMAS Perth layak mendapatkan penghormatan dan kenangan bersama dengan pertempuran yang paling signifikan saat Perang dunia II. Kita tidak hadir di sini untuk memuja peperangan, tapi untuk mengingat kerugian perang, dan berharap dunia tidak perlu mengalami sakit dan penderitaan itu lagi. Ini juga pelajaran penting seiring saat kita ada di penghujung ulang tahun ke -75 akhir Perang Dunia 2, tahun depan, untuk merenungkan korban jiwa yang disebabkan perang. Pengorbanan ini terbukti jelas saat menemui keluarga HMAS Perth yang hadir bersama kia hari ini untuk mengenang dan menghormati orang-orang tersayang. Terima kasih Mr. Geroge Hattfield Jr. dan Ms. Dawn Manning yang sudah datang ke Banten untuk bergabung dengan kita hari ini.
696 orang Amerika hilang di perairan ini pada tengah malam tanggal 1 Maret 1942, sebagian besar bertempur di kapal ini sampai akhir. Banyak awak kapal Houston dan Perth bertahan di posisi mereka bahkan ketika kapal-kapal ini mulai karam ditelan ombak, dan banyak di antara mereka tetap di bawah laut selama 77 tahun, tetap waspada, tetap berani dan tak tergoyahkan. Saat mendengar tenggelamnya kapal Houston, warga kota Houston, Texas, Amerika Serikat, secara suka rela mengumpulkan uang untuk membuat USS Houston yang baru untuk bertempur kembali, banyak orang tua yang mengirim anak-anaknya bertugas di USS Houston yang baru untuk membela kematian orang-orang yang mereka sayangi.
368 awak kapal Houston yang selamat dari tenggelamnya kapal mereka terus melawan saat menjadi tawanan di Jawa, Singapura, Birma, Thailand, dan Jepang. Sampai akhir perang saat 291 awak kapal Houston bisa kembali pulang kembali sebagai pahlawan. Setiap tahun sejak 1945, Houston Survivors Association atau Asosiasi Penyintas Houston, dan sekarang generasi penerus penyintas Houston, selalu berkumpul di kota Houston untuk mengenang kapal dan awaknya yang gagah berani. Tahun ini mereka juga melakukan hal yang sama.
Dalam beberapa hari ke depan, ratusan anggota keluarga dan para sahabat awak kapal Houston berkumpul di kota Houston, Texas, yang jaraknya 16,000 (enam belas ribu) Km dari sini, untuk memperingati pertempuran dahsyat yang sedang kita peringati saat ini: Pertempuran Selat Sunda. Istri-istri yang masih hidup dari tiga awak kapal ini akan menempatkan karangan bunga, seperti yang kita lakukan hari ini. Warga amerika berkumpul untuk mengenang pahlawan yang gugur, mengakui keluarga dari para penyintas- dan mereka akan memikirkan Indonesia dalam benak mereka. Meskipun banyak dari keluarga penyintas belum pernah berkunjung ke Indonesia, mereka akan selalu memiliki ikatan dengan Indonesia. Mereka akan membayangkan kepulauan yang Indah, mereka akan membayangkan bagaimana orang-orang yang mereka sayangi berperang, bagaimana mereka gugur, dan bagaimana mereka selamat dari tantangan di depan mereka sampai akhirnya mereka pulang. Meskipun Anda tidak pernah menemui para keluarga ini di Amerika Serikat, mereka mengakui dan mengapresiasi dukungan dan kontribusi Anda untuk melindungi tempat perisirahatan terakhir orang-orang yang mereka sayangi. Mereka akan menghargai pekerjaan penting yang sudah dilakukan saat meeka semua berkumpul di kota Houston. Mereka akan mengucapakan terima kasih, mereka akan menyemangati Anda, mereka akan berdoa untuk Anda. Mari jangqn lupakan pengorbanan para ksatria pemberani ini.
Terima kasih.
(Dipersiapkan)