Sebagai dua negara demokratis terbesar di dunia, Amerika Serikat dan Indonesia memahami bahwa bekerja untuk demokrasi tidak pernah usai. Peristiwa meresahkan yang terjadi di Gedung Capitol AS minggu ini menjadi pengingat bahwa walaupun kemerdekaan berbicara dan berkumpul adalah komponen penting dalam sebuah demokrasi yang dinamis, namun pelanggaran hukum dan aksi kerusuhan tidak pernah dapat diterima.
Kebebasan yang kita miliki mampu dan harus dapat hidup berdampingan dengan mematuhi aturan hukum sepenuhnya. Demokrasi kita telah diuji di masa lalu dan akan diuji di masa mendatang. Pengalaman ini akan membuat kita semakin kuat seiring upaya kita menyempurnakan persatuan dan demokrasi kita.
Ketika para anggota dewan legislatif pergi meninggalkan Gedung Capitol setelah menuntaskan proses konstitusional untuk mengesahkan hasil pilpres kita, mereka melangkah pergi melintasi sebuah lukisan dinding di langit-langit kubah Gedung Capitol AS yang menyandang kata-kata – E Pluribus Unum. Hal ini menjadi pengingat bagi kita dan masyarakat Indonesia di penjuru Nusantara bahwa moto yang mereka kenal, Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya sekadar moto, tapi sebuah seruan untuk bertindak bagi mereka yang ingin membuat negaranya menjadi lebih baik.
Saya berterima kasih atas kata-kata dukungan yang diberikan oleh para sahabat di Indonesia yang menegaskan kembali keyakinan mereka terhadap institusi kita yang demokratis. Selama lebih dari 70 tahun persahabatan kita, kedua negara kita sama-sama mempunyai keyakinan bahwa masyarakat yang adil dan beradab akan berada dalam tahap terbaiknya, dan pemerintah dalam tahap terbaiknya akan berada di pihak rakyat.