Pernyataan: Hari Anak Perempuan Sedunia, 11 Oktober

Pada Hari Anak Perempuan Sedunia ini, saya ingin menyampaikan selamat kepada Malala Yousafzai dari Pakistan, yang telah dianugerahi Nobel Perdamaian. Sebagai salah satu penerima penghargaan tertinggi di dunia, semangat dan keberanian Malala mendorong kita semua untuk mendukung perjuangan melawan kekejaman, ketidakpedulian, dan kekerasan. Malala menginspirasi jutaan manusia untuk terus memegang teguh cita-cita. Malala adalah wujud nyata komitmen kita terhadap hak asasi manusia dan pendidikan.

Hari Anak Perempuan Sedunia mengingatkan bahwa kita perlu menegaskan kembali komitmen kita agar 850 juta anak perempuan di dunia dapat mengekspresikan bakat mereka untuk ikut membangun komunitas dan negara. Setiap satu tahun di bangku sekolah dapat meningkatkan pendapatan mereka sebesar 10-20%, dan bila mereka mengenyam pendidikan lanjutan, pendapatan mereka akan lebih tinggi lagi. Remaja perempuan yang mengenyam pendidikan lanjutan akan menikah lebih belakangan, punya anak lebih sedikit namun lebih sehat, dan lebih tidak berpotensi untuk terinfeksi HIV/AIDS. Negara-negara yang memiliki lebih banyak perempuan yang mengenyam pendidikan menengah memiliki angka kematian bayi yang lebih rendah, angka kelahiran yang lebih rendah, jumlah HIV/AIDS yang lebih rendah, dan gizi anak yang lebih baik. Setiap satu tahun sekolah menengah yang dienyam oleh seorang ibu akan menurunkan probabilitas angka kematian anak sebesar 5-10%, dan anak yang dilahirkan oleh ibu yang dapat membaca memiliki kesempatan 50% lebih tinggi untuk bertahan hidup di atas usia lima tahun.

Sayangnya, kita hidup di dunia yang seringkali tidak menghargai anak perempuan. Ada 250 juta anak perempuan yang kini hidup dalam kemiskinan, satu dari tiga anak perempuan di negara berkembang akan menikah sebelum usia 18 tahun, dan 62 juta anak perempuan tidak sekolah – tidak dapat menikmati pendidikan yang nantinya dapat memberikannya kesehatan dan pendapatan yang baik. Di seluruh dunia, ada sekitar 150 juta anak perempuan yang telah mengalami kekerasan seksual, dan hampir separuh dari pelecehan seksual dialami oleh anak perempuan di bawah usia 16 tahun. Pada 2013, hampir 80% dari semua infeksi HIV baru yang terjadi pada rentang usia 15-24 tahun dialami oleh remaja perempuan dan perempuan muda. Oleh karenanya, konsekuensi yang akan kita hadapi bila kita tidak berinvestasi pada anak perempuan sangat besar.

Amerika Serikat paham bahwa ketika seorang anak perempuan tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya, itu bukan hanya kerugian bagi anak perempuan itu sendiri, tapi juga bagi keluarganya, komunitasnya, dan negaranya. Kami paham bahwa memberdayakan anak perempuan, memastikan bahwa mereka tidak mengalami kekerasan, dan memberikan mereka pendidikan, adalah salah satu cara terbaik untuk menjamin kemakmuran masyarakat. Hal ini sangat dirasakan di Afganistan, yang penduduk perempuan dan anak perempuannya mampu bertahan, meskipun mereka dihadapkan pada hambatan yang sepertinya tidak ada habisnya, dan berhasil meraih berbagai hal selama 13 tahun terakhir untuk membantu membawa negara mereka menuju perdamaian, kemakmuran, dan keamanan.

Dalam menjalankan upaya ini, kita juga harus melibatkan lanjut usia, pemuka agama, pendidik, dan tokoh masyarakat yang berpengaruh. Pemerintah harus mendidik warga negara mereka tentang hubungan antara berinvestasi dalam program-program untuk anak perempuan dan keuntungannya bagi masyarakat, dan meminta pertanggungjawaban mereka yang melakukan kekerasan dan penindasan terhadap anak perempuan. Kita harus pahami bahwa anak perempuan yang berpendidikan, diberdayakan dengan pengetahuan, adalah lawan terbaik kekuatan brutal ekstremisme kekerasan.

Bukan suatu kebetulan bahwa anak perempuan dan perempuan menjadi target kelompok-kelompok seperti ISIS dan Boko Haram. Kita harus bersama-sama melawan kelompok ekstremis seperti mereka, yang telah sewenang-wenang menargetkan perempuan dan anak perempuan dan menjadikan mereka sasaran kekerasan seksual dan kawin paksa. Penderitaan mereka menggarisbawahi tantangan yang kita hadapi untuk memastikan bahwa anak perempuan dapat tumbuh di dunia yang memungkinkan setiap anak perempuan hidup secara bermartabat dan bebas dari kekerasan.

Dengan bekerja bersama sebagai sebuah komunitas bangsa-bangsa, kita dapat membangun dunia yang tidak memperlakukan anak perempuan sebagai properti, harta, atau rampasan perang, melainkan sebagai individu yang memiliki suara, bakat, dan kebebasan untuk menyadari potensi mereka dan berkontribusi untuk kemanusiaan. Ini adalah pesan yang Malala ajarkan kepada kita, dan ini adalah pesan kemajuan dan keadilan.