Selamat pagi Bapak dan Ibu. Terimakasih atas perkenalannya. Saya ingin mengucapkan terimakasih atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian, dan terutama kepada Kamar Dagang Amerika untuk Asia Pasifik (APCAC) yang telah menyelenggarakan pertemuan ini.
Sungguh merupakan kebahagiaan bagi saya bisa kembali mengunjungi Hong Kong dan dapat berbicara di depan hadirin yang terhormat mengenai “Masa Depan Perdagangan dan Investasi AS di Asia,” dan melihat banyak kawan dan kenalan lama di antara peserta.
Untuk papran ini, saya diminta untuk membahas perdagangan dan investasi Amerika Serikat dengan ASEAN, yang mana saya dengan senang hati menyampaikannya. Meski demikian, melihat beragamnya peserta yang hadir – perwakilan dari kawasan yang lebih luas – Saya pikir akan lebih bermanfaat untuk pertama-tama memulainya dengan menyampaikan hubungan ekonomi Amerika Serikat yang ekstensif di seluruh Indo-Pasifik.
Jadi, mengapa Indo-Pasifik penting bagi Amerika Serikat? Para peserta yang hadir di ruangan ini secara intuisi mengetahui jawaban dari pertanyaan ini.
Dengan 38 perekonomian dan 60% dari populasi dunia, Indo-Pasifik sendiri mencakup setengah dari seluruh perdagangan global.
Terkait hal ini, sangatlah layak mengingatkan diri kita sendiri bahwa Amerika Serikat telah menjadi penggerak yang kuat untuk perdagangan di kawasan ini selama beberapa dekade, sebagai investor, produsen, dan konsumen. Amerika Serikat sendiri telah melakukan lebih dari Rp1,8 triliun untuk perdagangan dua arah dengan Indo-Pasifik pada 2017.
Keterlibatan Amerika selama lebih dari beberapa dekade telah berkontribusi terhadap momentum ekonomi yang kita lihat saat ini di kawasan. Namun, kami tidak begitu saja puas dengan pencapaian kami di masa lalu. Kami ingin terus membantu pertumbuhan kawasan ini di masa mendatang.
Ijinkan saya meberikan beberapa contoh.
Konsumsi gas di Asia telah meningkat dengan cepat. Kawasan Indo-Pasifik mencatat 85 persen pertumbuhan bersih impor gas secara global, membutuhkan sekitar 80 miliar dolar AS untuk investasi infrastruktur gas alam cair (LNG) di ASEAN dan India saja.
Sama dengan pertumbuhan permintaan, peningkatan pada teknologi ekstraksi telah memberikan rekor volume produksi AS. Amerika Serikat kini memiliki 30 miliar meter kubik kapasitas ekspor LNG, dengan kapasitas tambahan di masa mendatang.
Hampir setengah dari kargo tahap awal ekspor LNG AS telah “mendarat” di Indo-Pasifik. Ekspor energi AS telah memperkuat ketahanan energi para sekutu dan mitra kami di kawasan.
Sama halnya dengan pengalaman kami yang panjang di kawasan ini, kami tetap fokus untuk membangun hubungan bilateral perdagangan dan investasi yang kuat, bertimbal balik, dan seimbang di kawasan. Hubungan perdagangan yang kuat di Indo-Pasifik termasuk tiga perjanjian perdagangan bebas serta 14 kesepakatan kerangka kerja perdagangan dan investasi di Indo-Pasifik.
Amerika Serikat telah memperbaharui perjanjian perdagangan dan investasi agar lebih adil bagi pebisnis dan pekerja AS, dan lebih sesuai dengan realita perekonomian di abad ke-21. Hal ini juga membuat hubungan perdagangan kami lebih berkesinambungan secara politik untuk kami sendiri dan para mitra di masa mendatang.
Upaya kami dalam hal ini adalah perjanjian KORUS yang telah diperbaharui dengan Korea Selatan. Dan di sela-sela Sidang Umum PBB 2018, Presiden Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan keinginan mereka untuk mengejar terwujudnya kesepakatan perdagangan AS dan Jepang.
Tentu saja, perdagangan berjalan beriringan dengan investasi.
Investasi AS di Indo-Pasifik berjalan secara ekstensif, hamper menyentuh setiap sektor ekonomi di kawasan. Perusahaan-perusahaan Amerika telah memainkan peran penting untuk kesuksesan ekonomi di kawasan, memberikan miliaran dollar untuk permodalan dan menciptakan lapangan kerja untuk jutaan pekerja.
Investasi langsung AS di kawasan Asia Pasifik mencapai 940 miliar dolar AS tahun 2017, angka ini merupakan sejarah. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari 502 miliar dolar AS pada tahun 2009, dengan rata-rata investasi tahunan sebesar 45,8 miliar dolar AS selama lebih dari 10 tahun. Tidak ada negara yang berinvestasi di Indo-Pasifik lebih besar dari Amerika Serikat.
Tidak seperti yang lain, dimana kami menanamkan investasi, kami juga menciptakan lapangan kerja.
Invetasi AS mendukung lebih dari 5,1 juta lapangan kerja di Indo-Pasifik. Banyak beberapa kasus khusus di kawasan. Contohnya, seperti yang di Indonesia, negara dimana saya menjadi Duta Besar AS:
Dari industri apparel: Nike merayakan 30 tahun keberadaannya di Indonesia dan mempekerjakan lebih dari 171.000 pekerja Indonesia di pabrik-pabrik kontraktornya
Untuk industri perminyakan: Pabrik Exxon di Bojonegoro, Jawa Timur, menggunakan teknologi canggih terbaru, praktek terbaik di industri dan sebuah tim yang terdiri dari para insinyur Indonesia berbakat dan pekerja di sektor perminyakan yang memproduksi 25 persen dari produksi minyak harian di Indonesia. Fasilitas ini telah menyumbang pendapatan pemerintah sebesar 44 miliar dolar AS, jumlah tersebut sepuluh kali lebih besar dari total biaya investasi, sedangkan sejak tahun 2007 Exxon sudah berinvestasi lebih dari 30 juta dolar AS dalam proyek-proyek yang mendukung komunitas setempat.
Untuk teknologi terbaru: Cisco telah mengumumkan bahwa Indonesia akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang bergabung dengan program Country Digital Acceleration. Komitmen ini diperuntukkan bagi 212.000 pelajar Indonesia yang telah dilatih Cisco dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk ekonomi digital modern.
Intinya adalah kami selalu hadir di kawasan dan kami selalu peduli dengan kawasan Indo-Pasifik.
Sekarang, seseorang yang terkenal pernah berkata, “80 persen dari kesuksesan adalah kehadiran.” Namun kami tidak berpikir bahwa hadir saj di kawasan ini sudah cukup. Kami percaya bahwa kehadiran kami dalam waktu yang lama harus didukung oleh rencana komprehensif dan oleh tindakan yang didukung oleh serangkaian prinsip-prinsip panduan.
Jadi, bagaimana seharusnya Amerika Serikat membangun hubungan ekonomi yang sudah terjalin di kawasan ini, untuk bisa untuk berpartisipasi – dan berkontribusi pada – arah pertumbuhan yang tinggi yang kita harapkan untuk dekade-dekade mendatang? Untuk merangkai jawaban terhadap pertanyaan tersebut adalah apa yang mendasari pertumbuhan strategi AS untuk Indo-Pasifik.
Pada intinya, strategi Indo-Pasifik mengenali bahwa kesejahteraan dan keamanan di kawasan ini penting bagi kesejahteraan dan keamanan Amerika Serikat. Negara-negara demokratis dan aman yang bisa memberikan kesempatan bagi para warga negaranya adalah sesuatu yang baik bagi Amerika Serikat.
Pendekatan kami berbeda dari beberapa prakarsa yang kami lakukan oleh negara-negara lain. Kami menjajaki model alternatif untuk pembangunan yang mempromosikan swasta-swasta dalam menggerakan pertumbuhan ekonomi dan memberdayakan perusahan-perusahaan AS untuk berkompetisi secara adil dan sukses dengan yang lainnya di kawasan ini. Amerika Serikat akan melakukan ini dengan mengkatalisasi sumber-sumber daya yang ada dari beberapa perusahaan yang hadir di ruangan ini – pengetahuan, investasi dan hubungan yang diciptakan oleh sektor swasta setiap hari.
Di bawah strategi Indo-Pasifik, pemerintah AS tidak mendikte perusahaan-perusahaan AS apa yang harus mereka lakukan. Tapi kami membantu menciptakan lingkungan yang mendukung keadilan, produktif dan kaplitalisme.
Kami tidak mengatakan pada perusahaan AS dimana mereka berinvestasi untuk kepentingan strategis. Namun, kami membantu mengadvokasi mereka bagaimana aturan main di lapangan dan perlakuan yang adil guna membantu menarik investasi dan membiarkan perusahaan Amerika untuk sukses sehingga komunitas lokal juga bisa berkembang, dan hubungan bilateral bisa bertumbuh.
Untuk mencapai visi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, hal yang pertama dan utama dan penting adalah menunjukkan arti sesungguhnya dari kemitraan. Menteri Luar Negeri AS Pompeo sering mengatakan bahwa Amerika Serikat mempraktekkan “ekonomi kemitraan.” Saya percaya bahwa sebagai pebisnis, anda semua mempunyai insting memahami kepercayaan mutualisme yang mendasari frasa tersebut.
Dalam bisnis, kemitraan adalah sebuah pengaturan dimana pihak-pihak berkoordinasi untuk mencapai kepentingan yang disepakati bersama, termasuk – lebih penting lagi – menjalani pengelolaan bersama untuk sebuah upaya ataupun proyek. Pemerintah AS mempunyai sejarah panjang dalam mendukung kemitraan dengan pihak swasta untuk membangun kesejahteraan bagi warga negara di negara-negara dalam hal transaksi, investasi ataupun perjanjian bisnis.
Visi kami adalah Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka tanpa pengecualian negara manapun.
Penting untuk menekankan bahwa kami tidak meminta siapapun untuk memilih antara Amerika Serikat dan China. Seperti Amerika Serikat, China adalah negara Indo-Pasifik. Kami menyambut partisipasi mereka yang konstruktif dalam menjunjung sistem internasional yang berdasarkan peraturan yang jelas dan transparan. Sungguh, kami menyambut investasi dari semua negara – jika investasi ini didasari oleh motif komersial, transparan dan mengikuti peraturan internasional, seperti Bank Pembangunan Asia (ADB), Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan bahwa pada tahun 2030, investasi senilai 26 triliun dollar AS akan dibutuhkan guna mendukung negara-negara Indo-Pasifik dalam mengembangkan potensi mereka secara penuh. Tidak ada satu negara pun yang dapat memenuhi kebutuhan ini sendirian, tetapi dengan menggunakan sumber daya pemerintah untuk mengkatalisasi peluang bisnis swasta dan untuk mendorong persaingan yang adil bagi perusahaan, Amerika Serikat dapat menciptakan kondisi yang akan membawa investasi swasta yang dibutuhkan.
Itulah sebabnya sebagai bagian dari strategi Indo-Pasifik, dan berdasarkan konsultasi dengan para sekutu dan mitra, kami mengidentifikasi tiga sektor prioritas untuk program prakarsa baru. Sektor-sektor prioritas tersebut adalah: ekonomi digital; infrastruktur; dan energi.
Prakarsa spesifik yang kami miliki di tiga bidang ini akan mendayagunakan semua sarana dari AS – keuangan untuk pembangunan, bantuan teknis, pengembangan kapasitas, studi kelayakan, dan advokasi komersial — untuk memacu investasi swasta yang lebih besar dan menyediakan wadah terbuka untuk kolaborasi dengan mitra.
Prakarsa ekonomi AS yang baru dalam bidang infrastruktur, energi, dan ekonomi digital ini akan memacu investasi yang lebih besar. Bantuan teknis AS akan meningkatkan praktik pengaturan, membangun keahlian di bidang kontrak dan pengadaan, memperluas kemitraan publik-swasta, dan memajukan hubungan bisnis ke bisnis.
Izinkan saya membahas masing-masing dari tiga prakarsa ini:
Ekonomi Digital
Kita hidup dalam dunia digital dan ekonomi digital telah mendorong pertumbuhan global. Pada tahun 2015, ekonomi digital global memiliki nilai 3,5 triliun dollar AS, naik dari 1,2 triliun dollar AS di tahun 2008.
Kemitraan Digital akan mendorong akses ke internet yang terbuka, saling terhubung, dapat diandalkan dan aman di negara-negara berkembang.
Prakarsa ini akan membentuk kemitraan antara publik-swasta untuk membangun infrastruktur digital; menggunakan bantuan teknis untuk mendukung proyek mulai dari menyusun peraturan di sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) hingga meningkatkan kemampuan untuk merespons insiden di dunia maya; serta memperluas peluang ekspor AS.
Namun, bisnis yang paling diuntungkan dari ekonomi digital juga menghadapi tantangan yang signifikan, seperti kebijakan yang mengharuskan lokalisasi data atau membatasi aliran data lintas batas.
Kita harus memastikan bahwa pemerintah tidak menghalangi pertumbuhan ini melalui langkah-langkah proteksionis yang tidak adil, tetapi lebih berfungsi sebagai pendorong untuk wadah terbuka dalam inovasi, aliran data yang bebas, dan langkah-langkah berbasis pasar lainnya yang mengangkat ekonomi kita.
Infrastruktur
Seperti yang dicatat oleh ADB, wilayah ini membutuhkan investasi triliunan dolar di tahun 2030.
Tidak ada pemerintah yang memiliki jumlah uang ini sendiri – hanya modal swasta sejumlah 70 triliun dollar AS yang ada di pusat-pusat keuangan dunia yang dapat memenuhi persyaratan ini. Amerika Serikat mendukung lingkungan bisnis terbuka untuk menarik modal ini.
Sebagai bagian dari strategi Indo-Pasifik, Infrastructure Transaction and Assistance Network (ITAN) merupakan prakarsa pemerintah sepenuhnya guna membantu mengembangkan infrastruktur berkelanjutan di Indo-Pasifik.
Prakarsa ini membentuk sebuah badan antar-lembaga baru untuk mengoptimalkan sarana dari AS untuk menilai proyek, mengarahkan keuangan pembangunan, dan menggunakan bantuan teknis untuk memperkuat perencanaan dan pengadaan infrastruktur di negara-negara mitra.
ITAN juga membentuk Dana Penasihat Transaksi Indo-Pasifik (Indo-Pacific Transaction Advisory Fund) untuk membantu negara-negara mitra mengakses bantuan hukum swasta dalam negosiasi kontrak infrastruktur.
Energi
Prakarsa kami di wilayah ini disebut dengan Asia Enhancing Development and Growth through Energy atau “Asia EDGE”. Ini juga menjadi upaya pemerintah sepenuhnya untuk memperkuat keamanan energi dan memastikan akses energi di seluruh kawasan Indo-Pasifik.
Dengan beberapa produsen dan konsumen enegi terbesar di dunia, wilayah Asia-Pasifik menyumbang sekitar 60 persen dari konsumsi energi global dan emisi gas rumah kaca. Pada saat yang sama, banyak populasi masih kekurangan akses untuk energi yang dapat diandalkan.
Amerika Serikat akan memberikan bantuan teknis untuk meningkatkan kondisi yang memudahkan pengaturan dan proses pengadaan di negara-negara mitra; bekerja dengan mitra untuk mengembangkan rencana pasar energi nasional dan regional; dan membantu negara-negara dalam mengembangkan jaringan pintar dan infrastruktur energi modern lainnya.
Pekerjaan ini membantu menciptakan dan menumbuhkan pasar untuk barang dan jasa berteknologi tinggi, efisien, dan berenergi bersih.
Tiga prakarsa ini dilengkapi dengan sejumlah program pemerintah AS yang baru, yang sudah ada, dan yang dibuat kembali untuk beberapa kasus tertentu guna mendukung strategi Indo-Pasifik.
Sebagai contoh, dengan diberlakukannya Undang-Undang BUILD pada bulan Oktober lalu, Amerika Serikat sedang dalam proses mendirikan International Development Finance Corporation yang baru dengan wewenang untuk melakukan investasi ekuitas (equity investment), dan kemampuan untuk melakukan studi kelayakan. UU BUILD melipatgandakan lebih dari dua kali dari jumlah pembiayaan yang didukung pemerintah AS, dari 29 miliar dollar AS menjadi 60 miliar dollar AS, serta memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam proyek-proyek pembangunan dan infrastruktur yang dapat kami dukung.
Tujuan dari keterlibatan AS ini adalah untuk menawarkan jalan bagi mitra kami untuk berkembang dalam menarik pendanaan dari sektor swasta. Dalam hal ini, sarana keuangan pembangunan AS menggerakkan investasi swasta dengan mengurangi resiko.
Pemerintahan saat ini juga berupaya me-revitalisasi Bank Ekspor-Impor Amerika Serikat yang mulai mempertimbangkan sejumlah 10 miliar dollar AS untuk proyek-proyek di Indo-Pasifik yang saat ini akan siap dialirkan apabila dewan telah mencapai kuorum.
Selain itu, Amerika Serikat secara aktif memperluas kemitraannya dengan negara-negara seperti Jepang dan Australia yang juga membawa sumber daya dan kemampuan yang penting untuk bertahan dalam lingkungan investasi yang beragam. Sebagai salah satu contoh, tahun lalu U.S. Overseas Private Investment Corporation, Japan Bank of International Cooperation, dan pemerintah Australia menandatangani kemitraan trilateral untuk berinvestasi dalam proyek-proyek di kawasan Indo-Pasifik untuk membangun infrastruktur, mengatasi tantangan utama dalam pembangunan, meningkatkan konektivitas, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Amerika Serikat dan Jepang juga bekerja sama dalam berbagai proyek ekonomi di seluruh kawasan.
Saya telah menyatakan sebelumnya tentang pentingnya pasar gas alam regional yang terus berkembang. Hari ini di Jakarta, Kedubes AS telah menyelenggarakan Lokakarya gas alam cair (LNG), bekerja sama dengan kedutaan Jepang dan Japan External Trade Organization. Lokakarya ini akan menunjukkan bahwa pemerintah AS dan Jepang, serta sektor swasta kami, berupaya menjadi mitra terpilih — menghadirkan teknologi terbaik, rekor keselamatan dan lingkungan terbaik, dan komitmen terhadap transparansi dan kedaulatan.
Lebih banyak contoh kolaborasi semacam ini akan meningkatkan kekuatan gabungan kami untuk memajukan kesejahteraan di Indo-Pasifik.
Yang membawa saya ke posisi ASEAN di dalam strategi Indo Pasifik.
Seperti yang Menlu Pompeo pernah utarakan, ASEAN sejatinya berada di pusat Indo Pasifik dan memainkan peran sentral dalam visi Indo Pasifik yang ditampilkan oleh AS.
Ke sepuluh negara anggota ASEAN adalah pasar ekspor ke-empat terbesar bagi Amerika Serikat dan tujuan nomor satu bagi investasi asing langsung AS di Asia.
Dimotori oleh populasi kaum muda dan kelas menengah yang sedang tumbuh, negara-negara ASEAN akan memainkan peran yang bahkan lebih besar lagi dalam integrasi dan pembangunan kawasan Indo Pasifik.
Perdagangan barang dua arah kami dengan ASEAN mencapai titik tertinggi pada 2017 dengan nilai 241 miliar dolar AS. Kami pun sedang mengarah untuk melampaui jumlah tersebut pada tahun 2018 begitu data akhir terkumpul. Perdagangan kami dengan ASEAN mendukung lebih dari setengah juta lapangan pekerjaan bagi rakyat Amerika.
Begitu pula, investasi kami di ASEAN turut menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan di Asia Tenggara. Investasi sektor swasta kami di kawasan terpenting di dunia ini sangat besar dan terus berkembang. Perusahaan-perusahaan AS telah menanamkan modal senilai hampir 329 miliar dolar AS di ASEAN, lebih daripada yang mereka tanamkan secara gabungan di China, Jepang, Korea, dan India. Investasi dari AS di ASEAN ini mendukung hampir satu juta lapangan kerja di kawasan ini. Sama pentingnya, kami juga mengharapkan adanya peningkatan investasi dari kawasan ASEAN ke Amerika Serikat.
Mengingat pentingnya perekonomian ASEAN, kami menjalin hubungan yang erat dengan ASEAN baik dari segi kawasan maupun organisasi. Kami bekerja sama dengan ASEAN melalui kerangka U.S. ASEAN Connect yang mendukung jaringan lembaga pemerintahan dan sektor swasta AS guna memperluas kerjasama kami di bidang bisnis, energi, inovasi, dan masalah kebijakan. Misi untuk ASEAN kami yang berada di Jakarta bekerja sama dengan Sekretariat ASEAN dan para negara anggota guna memajukan kepentingan komunitas bisnis AS.
Kemudahan berdagang bagi para eksportir kami merupakan prioritas utama dan tim kami di Jakarta telah bekerja sama dengan ASEAN selama satu dekade terakhir untuk menciptakan “single window” perizinan usaha secara luas di ASEAN. ASEAN Single Window memungkinkan para eksportir mengirimkan dokumen secara elektronik ke satu tujuan yang terpusat dan dapat diakses di seluruh kawasan ASEAN. Single Window telah berjalan sejak tahun lalu di lima dari 10 negara anggota ASEAN dengan lebih dari 35.000 dokumen transaksi setiap bulannya dan menghemat hampir 9 miliar dolar AS bagi para eksportir.
Proyek IGNITE (singkatan dari Inclusive Growth in ASEAN through Innovation, Trade and E-Commerce/Pertumbuhan Inklusif di ASEAN melalui Inovasi, Perdaganan dan e-Dagang) milik USAID akan memimpin fasilitasi perdagangan sehingga seluruh anggota ASEAN akan berada di ASEAN Single Window, dan mencanangkan program-program baru untuk mengurangi hambatan dagang nontarif, memperbaiki logistik, memperluas akses keuangan perdagangan, dan mempromosikan standar penyelarasan.
Kami juga menghadapi tantangan dalam ekonomi digital dan Revolusi Industri 4.0. ASEAN mengalami pertumbuhan populasi internet yang pesat di dunia dengan lebih dari empat juga pengguna baru yang masuk daring setiap tahunnya. Ekspansi digital yang pesat ini dapat menambah PDB wilayah hingga 360 miliar dolar AS pada 2025.
Namun ekonomi digital yang tumbuh subur sangat tergantung pada ekosistem kebijakan dan peraturan yang mendukung. Walau para mitra sejawat ASEAN sangat antusias dengan prospek menghubungkan usaha mereka ke ekonomi digital global, masih ada sebagian peraturan yang menghambat pertumbuhannya. Larangan arus data lintas batas dan persyaratan bagi perusahaan untuk menyimpan dan memproses data di peladen lokal turut menghambat inovasi dan investasi sehingga semakin menambah biaya bagi UKM yang sangat menggantungkan diri mereka pada akses data peladen global dan jaringan e-dagang untuk meraih pasar global.
Selain berkecimpung di bidang perdagangan, program IGNITE kami juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi digital regional dengan cara mendukung upaya-upaya memperluas keuangan digital, meningkatkan keamanan siber, memperkuat privasi data, meningkatkan perlindungan konsumen, dan memperluas akses pita lebar dan keterjangkauan.
Tim U.S. ASEAN Connect kami terus menjalankan Digital Economy Series; sebuah rangkaian pertemuan dan lokakarya untuk mendorong praktik terbaik bagi pengembangan ekosistem kebijakan dan peraturan sehingga terwujud ekonomi digital yang dinamis. Kami mempertemukan para pengambil keputusan dari pemerintahan negara-negara anggota ASEAN dengan perusahaan-perusahaan teknologi AS dan regional yang terkemuka untuk berbagi praktik terbaik dan keahlian, membahas peluang bagi perusahaan-perusahaan AS untuk turut berkontribusi terhadap pertumbuhan sektor digital, dan memfasilitasi lingkungan yang lebih terbuka dan inovatif di mana UKM lokal maupun AS dapat tumbuh subur.
Kami juga baru saja meluncurkan U.S.-ASEAN Smart Cities Partnership yang menghubungkan ASEAN’s Smart Cities Network dengan 26 kota di kawasan ASEAN yang sedang mencari solusi berbasis teknologi untuk mengatasi tantangan perkotaan yang mereka hadapi. Tim niaga kami telah berhasil menghubungkan perusahaan-perusahaan AS dengan sebagian kota-kota tadi untuk mengerjakan proyek kota cerdas dan kami menantikan untuk dapat menciptakan lebih banyak peluang bagi perusahaan-perusahaan besar kami untuk menyediakan teknologi dan solusi cerdas yang sangat dibutuhkan oleh kota-kota di ASEAN.
Karena Anda semua merupakan yang terbaik dari perusahaan-perusahaan kami, saya ingin menawarkan kepada Anda semua sebuah program baru bernama U.S.-ASEAN Internship Program
Diluncurkan tahun lalu bertepatan dengan US ASEAN Business Council, program ini menitikberatkan pada peluang magang di perusahaan-perusahaan AS di kawasan ini. Situs program kami menjadi platform satu atap pencarian bagi mahasiswa lokal untuk mencari kesempatan magang berdasarkan negara, perusahaan, dan keahlian khusus. Untuk tahap pertama, 11 perusahaan AS telah bergabung menawarkan 100 kesempatan magang di tujuh negara anggota ASEAN. Perwakilan-perwakilan misi kami di kawasan ini sedang mengadakan berbagai kegiatan promosi termasuk menjalin kerjasama dengan jaringan alumni Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) untuk mendapatkan talenta pemuda terbaik di Asia Tenggara. Jika Anda ingin menjadi bagian dari program ini dan mempromosikan kesempatan magang yang Anda buka, kami sarankan Anda untuk menghubungi Kantor Misi AS untuk ASEAN kami di Jakarta.
Sebagai penutup, saya ingin jelaskan hal berikut ini. Kami berkomitmen untuk memperluas hubungan ekonomi kami di kawasan Indo Pasifik dan dengan negara-negara ASEAN. Kami akan terus berjuang meraih tujuan hubungan dagang dan ekonomi yang tunduk pada prinsip perekonomian kemitraan yaitu kebebasan dan keterbukaan, komitmen pada demokrasi dan tata kelola pemerintahan, keadilan dan hormat pada otonomi lokal dan kedaulatan nasional.
Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan memiliki pengalaman yang dapat dibagi bersama, dan secara bersama pula kita semua dapat mengejar peluang yang mengarah pada lahirnya kepemimpinan, dan memperbaiki kehidupan warga kita semua.
Semua ini adalah perkembangan yang menarik bagi Amerika Serikat dan bagi negara-negara di kawasan. Saya berani bertaruh banyak dari Anda yang hadir di pertemuan ini yang merasa beruntung dapat bekerja di belahan dunia yang begitu dinamis di saat kritis seperti ini.
Saya tahu beberapa rekan dan saya sendiri di beberapa kantor perwakilan AS di Indo Pasifik ini merasakan hal yang sama.
Kami menantikan kerjasama dengan Anda untuk meningkatkan peluang bisnis dan memperkuat hubungan antarmasyarakat; antara masyarakat AS dan masyarakat di kawasan yang menarik ini
Terima kasih banyak.