KTT Asia Afrika 2015
22-23 April
Oleh
Duta Besar Robert O. Blake
Ketua Delegasi
Saya ingin menyampaikan penghargaan saya yang tinggi kepada Yang Mulia Presiden Jokowi atas undangan yang diberikan kepada Amerika Serikat untuk menjadi pemantau dalam KTT Asia Afrika 2015 dan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955.
Indonesia adalah tuan rumah yang tepat untuk penyelenggaraan kesempatan yang sangat penting ini. Indonesia telah lama menjadi juara perdamaian dan kerjasama di panggung internasional. Hal yang paling utama adalah selama kurun 17 tahun terakhir, Indonesia telah menjadi contoh transformasi yang demokratis, kemajemukan dan toleransi beragama, dan pembangunan ekonomi. Indonesia kini menjadi salah satu negara demokratis terbesar di dunia setelah India dan Amerika Serikat. Sebagai sesama negara yang demokratis, Amerika Serikat seperti halnya Indonesia juga menjunjung tinggi penghargaan terhadap hak asasi manusia yang paling fundamental; ini merupakan salah satu dari 10 prinsip yang paling dijunjung dalam KAA yang pertama di Bandung. Kami berharap negara-negara yang menghadiri KAA 2015 ini akan kembali ke negara mereka terinspirasi oleh komitmen Indonesia terhadap sistem politik yang didasarkan pada persetujuan bersama rakyat, aturan hukum, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Negara-negara yang kebjiakannya menghormati dan mencerminkan hal-hal ini sangat mungkin untuk menjadi lebih damai dan sejahtera.
Amerika Serikat berkomitmen secara penuh untuk bermitra dengan negara-negara di Asia dan Afrika untuk memajukan kerjasama dan mengatasi tantangan-tantangan bersama.
Di Asia, Amerika Serikat menunjukkan komitmennya belum lama ini melalui keputusan strategis Presiden Obama untuk melakukan perimbangan kembali (rebalance) upaya dan sumber-sumber daya Amerika di Asia Pasifik. Keterlibatan kami yang semakin luas dengan Asia berhubungan dengan kemajuan dan stabilitas yang berkelanjutan di kawasan yang relatif bebas dari konflik – kawasan di mana demokrasi semakin terus diperjuangkan. Perimbangan kembali yang kami lakukan memberikan keuntungan bagi semua pihak di mana semua negara di kawasan termasuk Tiongkok berkontribusi bagi terus berlangsungnya perdamaian dan stabilitas selama beberapa dekade. Perekonomian Amerika dan para sekutu kami di Asia Pasifik mencapai nilai 25 triliun dolar AS. Jumlah itu merupakan sepertiga dari perekonomian dunia. Saat ini kami sedang menuntaskan perundingan kesepakatan Trans-Pacific Partnership yang akan lebih memperluas komitmen perdagangan dan komitmen regional terhadap perlindungan lingkungan hidup, hak-hak buruh, dan hak kekayaan intelektual. Kesepakatan ini akan mendorong kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tinggi di Asia Pasifik. Pada KTT tahunan pemimpin AS-ASEAN 2014, Presiden Obama menegaskan kembali komitmen kami untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi, sosial, keamanan, penanganan bencana alam dan meningkatkan kesempatan pendidikan bagi kaum muda karena dengan bersama kami menjadi lebih kuat. Amerika Serikat berinvestasi bukan hanya pada peningkatan kapasitas satu negara namun antarnegara melalui kerjasama segitiga (triangular cooperation) sehingga kita dapat menjadi mitra yang ke depannya lebih mampu mengatas tantangan-tantangan kawasan.
Presiden Obama juga memimpin Amerika Serikat dalam memastikan komitmennya terhadap Afrika. Pada 2014, Presiden Obama menggelar U.S.-Africa Leaders Summit dan terlibat dalam dialog mengenai tiga hal yang menjadi kepentingan dan kepedulian bersama: berinvestasi terhadap masa depan Afrika, perdamaian dan stabilitas regional, dan meningkatkan tata kelola pemerintahan. Kami bertekad untuk menjadi mitra sejajar Afrika dalam hubugan jangka panjang ini. Kami mengakui sumber daya terbesar Afrika – masyarakatnya. Itulah mengapa kami berupaya untuk memberdayakan generasi masa depan wirausahawan dan pemimpin bisnis Afrika melalui program Mandela Washington Fellows. Kami ingin bermitra dengan Afrika untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan agar ekonomi Afrika berkembang. Contohnya, dalam U.S.-Africa Leaders Summit, Presiden Obama mengumumkan prakarsa baru, Power Africa, untuk membantu penyediaan listrik di lebih dari 20 juta rumah dan perusahaan di Afrika Sub-Sahara. Meski Afrika terus menghadapi banyak tantangan, seperti kemiskinan dan konflik, kelaparan dan penyakit, kita tidak dapat berpaling dari Afrika baru yang sedang berkembang.
Setelah KAA, masih ada tantangan-tantangan lain, termasuk melawan perubahan iklim dan penyakit menular; menyempurnakan tata kelola pemerintahan; melawan ideologi penuh kekerasan dan terorisme; membangun sistem aturan dan norma internasional untuk mencegah konflik, intimidasi, dan ketidakstabilan; dan melawan ancaman proliferasi nuklir, yang merupakan prioritas yang kami upayakan melalui komitmen kami terhadap tiga pilar Perjanjian Nonproliferasi Nuklir: perlucutan senjata, non proliferasi, dan penggunaan energi nuklir secara damai. Amerika Serikat senang dapat bekerja sama dengan Indonesia dan negara-negara peserta KAA lainnya dalam menghadapi tantangan-tantangan ini.
Terima Kasih