Pidato Presiden Obama di Sidang Majelis Umum PBB

Aula Sidang Majelis Umum PBB
New York City, New York
24 September 2014

PRESIDEN OBAMA: Bapak ketua Sidang Majelis Umum PBB, Bapak Sekretaris Jenderal PBB, para delegasi sidang, hadirin sekalian: Kita berkumpul di sini di saat dunia berada di persimpangan antara perang dan perdamaian; antara kekacauan dan persatuan;  antara ketakutan dan harapan.

Di berbagai belahan dunia, kita bisa melihat tanda-tanda kemajuan. Bayang-bayang Perang Dunia yang dulu menyelimuti PBB saat institusi ini didirikan kina telah sirna, dan kemungkinan meletusnya perang antara negara-negara adi kuasa semakin kecil. Jumlah negara anggota telah meningkat hingga lebih dari tiga kali lipat, dan semakin banyak masyarakat yang dipimpin oleh pemerintahan yang mereka pilih sendiri. Ratusan juta manusia telah terbebas dari belenggu kemiskinan, dan mereka yang hidup jauh di bawah garis kemiskinan berkurang hingga separuh. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dunia kian pesat, setelah melalui krisis keuangan terburuk yang pernah kita alami.

Kini, apakah Anda tinggal di pusat kota Manhattan atau di desa nenek saya yang jaraknya lebih dari 300 km dari Nairobi, Anda bisa mengakses lebih banyak informasi dibandingkan perpustakaan paling hebat sekali pun, hanya dari genggaman tangan Anda. Bersama-sama, kita belajar cara menyembuhkan penyakit dan memanfaatkan tenaga angin dan matahari. Eksistensi PPB merupakan prestasi yang luar biasa – warga dunia berkomitmen untuk menyelesaikan masalah yang muncul akibat perbedaan secara damai, dan untuk menuntaskan masalah bersama. Saya sering berkata kepada kaum muda Amerika Serikat bahwa, apa pun berita utama yang mereka lihat di media, ini adalah saat terbaik dalam sejarah manusia untuk lahir ke dunia, karena di saat ini, kita memiliki kesempatan yang lebih besar untuk melek aksara, bisa hidup sehat, dan bisa bebas mencapai cita-cita.

Namun, ada kegelisahan yang mengusik kita semua – kegelisahan bahwa kekuatan yang pada awalnya menyatukan kita, justru kini menciptakan bahaya dan menghalangi negara untuk melindungi diri dari kekuatan global. Saat kita berkumpul disini, wabah Ebola menghantam sistem kesehatan publik di Afrika Barat dan menyebar melintasi perbatasan dengan begitu cepatnya. Agresi Rusia di Eropa mengingatkan kita akan masa ketika negara yang lebih besar menindas negara yang lebih kecil demi memenuhi ambisinya untuk merebut wilayah. Kebrutalan teroris di Suriah dan Irak memaksa kita untuk menyaksikan wujud nyata hati yang diliputi kegelapan.

Semua masalah tersebut menuntut perhatian yang mendesak. Namun, hal tersebut merupakan gejala-gejala masalah yang lebih luas lagi, yaitu gagalnya sistem internasional dalam mengikuti ritme dunia yang saling berhubungan. Secara bersama-sama, kita belum cukup berinvestasi dalam upaya membangun kapasitas kesehatan masyarakat negara-negara berkembang. Seringkali kita gagal menegakkan norma-norma internasional, karena kita enggan melakukannya. Selain itu, kita belum cukup tegas melawan intoleransi, sektarianisme, dan keputusasaan yang menjadi santapan sehari-hari bagi ekstremis yang keji di banyak negara.

Peserta delegasi sidang, kita datang ke sini sebagai persatuan bangsa-bangsa, yang harus mengambil keputusan. Kita bisa memperbaharui sistem internasional yang telah membuahkan banyak kemajuan, atau kita bisa membiarkan diri kita mundur ke belakang akibat kondisi yang tidak stabil. Kita bisa kembali menegaskan tanggung jawab kita bersama untuk menghadapi masalah dunia, atau kita bisa dibanjiri dengan lebih banyak lagi situasi yang tidak stabil. Bagi Amerika, pilihannya jelas: Kami memilih untuk berharap, bukan untuk takut. Bagi kami, masa depan bukanlah sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan, tapi sesuatu yang dapat kita bentuk bersama agar kita bisa menjadi lebih baik. Dalam hal kemanusiaan, kami menolak fatalisme dan sinisisme. Kami memilih untuk bekerja agar dunia bisa menjadi tempat sesuai kodratnya, agar anak-anak kita dapat menikmatinya sebagaimana harusnya.

Ada banyak yang harus kita lakukan untuk menghadapi ujian yang ada kini. Namun, hari ini, saya ingin menggarisbawahi dua hal yang menjadi akar dari begitu banyak tantangan kita – apakah bangsa-bangsa yang berkumpul di sini hari ini dapat memperbaharui tujuan didirikannya PBB; dan apakah kita akan bersama-sama menolak ekstremisme kejam bak kanker.

Pertama, kita semua – baik negara besar maupun kecil – harus memenuhi tanggung jawab kita untuk mematuhi dan menerapkan norma-norma internasional. Kita hadir di sini karena yang lain menyadari bahwa kita dapat mencapai lebih banyak melalui kerja sama alih-alih menjajah. Seratus tahun yang lalu, Perang Dunia merenggut jutaan nyawa, dan itu membuktikan bahwa dengan kekuatan mengerikan persenjataan modern, ambisi untuk berkuasa pada akhirnya berujung pada kematian. Perang Dunia harus pecah kembali apabila kita mau kembali ke masa fasisme, supremasi ras, dan pembentukan PBB untuk memastikan bahwa tidak ada bangsa yang dapat menundukkan tetangganya dan merebut wilayah mereka.

Baru-baru ini, apa yang Rusia lakukan terhadap Ukraina menantang tatanan pascaperang itu. Inilah yang terjadi. Setelah rakyat Ukraina mengadakan protes dan menyerukan reformasi, presiden mereka yang korupsi melarikan diri. Di luar kehendak pemerintahan Kiev, Krimea dianeksasi. Rusia menggelontorkan persenjataan ke Ukraina timur dan memicu separatis kejam dan konflik yang telah merenggut ribuan nyawa. Ketika sebuah pesawat terbang komersial ditembak dari wilayah tempat orang-orang ini berkuasa, mereka menolak untuk memberikan akses ke situs jatuhnya pesawat tersebut hingga berhari-hari lamanya. Ketika Ukraina mulai merebut kembali wilayah mereka, Rusia berhenti berdalih bahwa mereka hanya sekadar mendukung separatis, dan mereka pun memindahkan pasukan mereka ke seberang perbatasan.

Ini adalah visi dunia yang percaya bahwa yang berkuasa yang benar – dunia yang memperbolehkan sebuah negara merebut perbatasan negara lain, dunia yang melarang orang-orang beradab mengambil jenazah orang-orang yang mereka cintai karena takut kebenaran akan terungkap. Amerika memperjuangkan sesuatu yang berbeda. Kami percaya bahwa yang benar yang berkuasa – bahwa negara-negara yang lebih besar tidak boleh menggertak negara-negara yang lebih kecil, dan bahwa orang bisa menentukan masa depan mereka.

Kenyataannya sederhana saja, tapi kita harus memperjuangkannya. Amerika dan sekutu-sekutu kami akan mendukung rakyat Ukraina yang membangun demokrasi dan ekonomi mereka. Kami akan memperkuat Sekutu NATO kami dan menjunjung komitmen kami untuk bersama membela diri. Kami akan meminta pertanggungjawaban Rusia atas agresinya, dan kami akan melawan kebohongan dan kebenaran. Kami akan mengajak yang lain untuk bergabung dengan kami di sisi sejarah yang benar – meskipun kemenangan kecil dapat diraih karena ancaman, kemenangan itu dapat diraih kembali apabila ada cukup banyak suara yang mendukung kebebasan negara dan bangsa agar mereka dapat mengambil keputusan mereka sendiri.

Terlebih lagi, ada jalur lain yang bisa ditempuh yaitu jalur diplomasi dan perdamaian. Sebuah jalur yang menjunjung tinggi ide-ide dasar pembentukan lembaga ini. Kesepakatan gencatan senjata di Ukraina baru-baru ini telah membuka kesempatan untuk mengambil jalur ini. Jika Rusia bersedia mengambil jalur perdamaian – sebuah jalur yang sejak masa berakhirnya Perang Dingin berhasil mendatangkan kemakuran bagi rakyat Rusia – maka kami akan mencabut sanksi-sanksi dan menyambut hangat peran Rusia dalam menyelesaikan tantangan-tangangan yang kita hadapi bersama. Pada kenyataannya, Amerika Serikat dan Rusia telah melakukan hal tersebut dalam tahun-tahun belakangan ini – seperti ketika keduanya mengurangi jumlah senjata nuklir demi memenuhi kesepakatan Nuclear Nonproliferation Treaty, hingga ketika keduanya berkerjasama untuk menyita dan menghancurkan senjata-senjata kimia Suriah. Dan kami bersiap untuk melakukan kerjasama seperti ini lagi jika Rusia bersedia mengubah jalur kebijakan yang ditempuhnya.

Hal ini menyentuh pada pertanyaan utama dalam era global saat ini – yaitu apakah kita akan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang kita temui lewat kerjasama yang didasari pada kepentingan bersama dan semangat saling menghargai, atau apakah kita akan terjerumus kembali kedalam sebuah persaingan yang merugikan kedua pihak, seperti yang terjadi di masa lalu. Ketika negara-negara menemukan kepentingan-kepentingan yang sama, bukan saja persamaan dalam kepentingan mengejar kekuatan namun lebih kepada persamaan prinsip,  maka kita sudah berhasil mengambil langkah yang sangat maju ke depan. Dan pada hari ini, di depan Anda semua, saya ingin menyatakan komitmen kami untuk menyumbangkan kekuatan yang dimiliki Amerika untuk berkerasama dengan semua negara demi menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang kita hadapi di abad ke-21 ini.

Sementara kita berdiskusi disini, Amerika saat ini sedang mengirimkan dokter-dokter dan ilmuwan-ilmuwan– yang didukung oleh pihak militer kami – untuk menghentikan penyebaran wabah Ebola serta mencari cara-cara baru untuk merawat para penderitanya. Namun kami membutuhkan kerjasama yang lebih luas untuk menghentikan penyebaran penyakit ini. Sebuah penyakit yang telah menewaskan ratusan ribu nyawa, menimbulkan begitu banyak penderitaan yang mendalam, mengguncang perekonomian berbagai negara dan terus menyebar cepat menyeberangi berbagai perbatasan. Memang mudah untuk menyampingkan penyakit ini sebagai suatu bahaya yang terjadi di negara yang jauh – hingga suatu saat ia datang ke negara Anda. Dan itulah sebabnya kami terus menggalang negara-negara lain untuk bergabung dalam menciptakan komitmen-komitmen kongkrit demi memerangi wabah ini serta meningkatkan sistem kesehatan global untuk jangka panjangnya.

Amerika saat ini juga mencari penyelesaian diplomatic untuk masalah program nuklir Iran. Ini adalah satu bagian dari komitmen kami dalam menghentikan penyebaran senjata nuklir dan untuk mencapai dunia yang aman, damai dan terbebas dari senjata tersebut. Hal ini hanya bisa terjadi jika Iran mengambil kesempatan yang diberikan dalam momen bersejarah ini. Pesan saya kepada para pemimpin dan rakyat Iran cukup sederhana: ‘Jangan sia-siakan kesempatan ini. Bersama, kita dapat mencapai sebuah penyelesaian yang akan memenuhi kebutuhan energi Anda seraya memberikan jaminan kepada dunia bahwa program nuklir Anda hanya ditujukan untuk keperluan-keperluan damai.’

Amerika saat ini dan di masa depan akan terus menjadi kekuatan di kawasan Pasifik yang akan terus menjaga perdamaian, stabilitas serta kelancaran arus perdagangan antar negara. Namun kami juga akan meminta agar semua negara mematuhi peraturan-peraturan yang ada serta menyelesaikan sengketa-sengketa wilayah dengan cara yang damai dan sesuai dengan hukum internasional. Hal inilah yang memungkinkan kawasan Asia-Pasifik bisa terus berkembang hingga kini, dan hal inilah yang bisa menjaga agar kemajuan ini terus terjadi di masa depan.

Amerika berkomitmen mengembangkan agenda penghapusan kemiskinan secara ekstrim sebelum 2030.  Kami akan mengambil peran untuk membantu agar berbagai masyarakat bisa mendapatkan kemandirian pangan, menggerakan perekonomian mereka dan merawat anggota-anggota mereka yang sakit. Jika seluruh dunia berkerjasama, kita akan dapat menjamin bahwa anak-anak kita menikmati kehidupan yang bermartabat dan penuh kesempatan untuk maju.

Amerika tengah berusaha untuk mengurangi emisi karbon dalam skala besar, dan kami telah meningkatkan investasi-investasi di bidang energi ramah lingkungan. Kami akan menjalankan peran kami, dan akan membantu negara-negara berkembang untuk menjalankan peran mereka. Namun hasil penelitian menunjukan bahwa kita hanya akan bisa berhasil mengatasi perubahan iklim jika seluruh negara, seluruh kekuatan besar di dunia, ikut bergabung dalam usaha ini. Itulah cara agar kita bisa melindungi planet ini demi anak dan cucu kita semua.

Dengan kata lain, dalam menangani semua permasalahan, kita tidak dapat terus bergantung pada hal-hal yang telah digariskan di abad yang lalu. Jika kita meluaskan pandangan kita di luar batas-batas negara – jika kita berpikir secara global dan jika kita berkerjasama – kita akan bisa membentuk abad ini, seperti para pendahulu kita membentuk era pasca Perang Dunia II.  Namun jika kita melihat ke masa depan, ada satu masalah yang terus menciptakan siklus konflik yang dapat merusak segala kemajuan yang telah kita capai, dan masalah itu adalah ekstrimisme dengan kekerasan, yang bagaikan penyakit kanker telah merusak banyak bagian dari Dunia Islam.

Tentu saja terorisme bukanlah suatu hal yang baru. Di masa lalu, di depan Sidang Umum ini juga, Presiden Kennedy pernah mengatakan bahwa: “Terorisme bukanlah sebuah senjata baru. Sepanjang sejarah terorisme telah digunakan oleh pihak-pihak yang tidak dapat mencapai tujuan mereka lewat cara-cara persuasif ataupun dengan cara menunjukan bukti-bukti terpercaya.” Sepanjang abad ke-20, terorisme dilakukan oleh berbagai kelompok yang gagal mendapatkan kekuasan melalui dukungan rakyat.  Namun di abad ini kita menghadapi jenis teroris yang lebih berbahaya dimana ideologi mereka telah menyesatkan ajaran-ajaran dari salah satu agama terbesar di dunia.  Dengan akses mereka pada teknologi-teknologi yang dapat memberikan sekelompok kecil orang kemampuan melakukan kerusakan dalam skala besar, mereka memiliki pandangan yang mengerikan yang membagi seluruh manusia di dunia menjadi dua kelompok: para pengikut mereka atau  kafir. Mereka mengambil metode-metode paling brutal yang mereka bisa temukan dan membunuh sebanyak mungkin penduduk yang tak bersalah untuk menciptakan ketakutan dalam komunitas masyarakat mereka sendiri.

Saya telah menyatakan dengan tegas bahwa Amerika tidak melandasi seluruh kebijakan luar negeri kami hanya untuk bereaksi terhadap ancaman terorisme. Namun, kami telah melakukan usaha-usaha yang difokuskan pada al-Qaeda dan kelompok-kelompok afiliasinya – dengan cara menyingkirkan para pemimpin mereka, mencegah mereka untuk mendapatkan tempat-tempat perlindungan. Pada saat yang sama kami terus menekankan bahwa Amerika Serikat tidak pernah dan tidak akan pernah menyatakan perang terhadap Islam. Islam mengajarkan perdamaian. Umat Muslim di seluruh dunia hidup dengan penuh martabat dan rasa keadilan yang tinggi. Dan tidak ada jurang pemisah antara Amerika dan Islam, keduanya adalah satu kesatuan – karena saat ini ada jutaan warga Muslim di Amerika dan mereka merupakan bagian tak terpisahkan dari negara kami.

Jadi kami menolak semua anggapan bahwa saat ini ada ‘clash of civilizations’ atau benturan antar kebudayaan. Keyakinan bahwa di dunia ini ada sebuah perang antar agama yang abadi merupakan keyakinan yang dipegang oleh para ekstrimis yang tidak punya kemampunan untuk membangun apapun, mereka hanya bisa menjual fanatisme dan kebencian. Dan tidaklah berlebihan mengatakan bahwa masa depan umat manusia tergantung pada persatuan kita melawan orang-orang yang ingin memecah belah kita berdasarkan perbedaan suku, sekte, ras ataupun agama.

Tapi ini bukan hanya kata-kata belaka. Secara bersama, kita harus mengambil langkah-langkah kongkrit demi menghadapi ancaman bahaya dari para fanatik relijius dan trend-trend yang mendorong mereka dapat merekrut anggota-anggota baru. Selain itu, kampanye melawan ekstrimisme tidak hanya terbatas pada tantangan-tantangan di bidang keamanan. Sementara kita secara metodelogis menyelenyapkan kekuatan inti al-Qaeda dan mendukung transisi ke sebuah pemerintah Afghanistan yang berdaulat, ideologi ekstrimis telah berpindah ke tempat lainnya – terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara, dimana seperempat dari kaum mudanya tidak memiliki perkerjaan, air dan pangan sulit didapat, korupsi marak terjadi dan konflik antar agama terus berkobar.

Sebagai bagian dari masyarakat internasional, kita harus dapat menghadapi tantangan ini dengan memfokuskan diri pada empat area. Pertama, kelompok teroris ISIL harus dilawan dan dilenyapkan.

Kelompok ini meneror siapa saja yang berada di Irak dan Suriah. Para ibu, kakak dan adik perempuan, anak perempuan telah menjadi korban perkosaan, dan tindakan ini dijadikan sebagai senjata perang. Anak-anak tak bersalah ditembak mati. Mayat-mayat ditumpuk begitu saja di  pemakaman masal. Penganut agama minoritas dibiarkan menderita kelaparan hingga tewas. Wajah kejahatan mereka yang paling menyeramkan adalah ketika mereka memenggal kepala orang-orang yang tidak berdosa. Mereka menyebarkan rekaman video kekejaman ini untuk menggoncangkan hati nurani masyarakat dunia.

Tidak ada Tuhan yang merestui teror semacam ini. Tidak ada kesedihan yang dapat membenarkan tindakan-tindakan ini. Tidak ada alasan-tidak ada negosiasi- untuk kekejaman seperti ini. Satu-satunya Bahasa yang dipahami oleh pembunuh adalah pemaksaan. Oleh karena itu, Amerika Serikat akan menggalang koalisi luas untuk menghancurkan jaringan ini.

Untuk upaya ini, kami tidak berjalan sendiri – kami juga tidak berniat mengirim tentara AS untuk menguasai daerah baru di negara asing. Sebaliknya, kami mendukung rakyat Irak dan Suriah untuk mendapatkan kembali kemerdekaannya. Kami akan menggunakan kekuatan militer kami untuk penyerangan udara guna memukul mundur ISIS. Kami akan melatih dan melengkapi pasukan kami untuk melawan teroris di darat. Kami akan berusaha memutus aliran dana, dan menghentikan arus keluar masuknya pejuang ISIS di kawasan tersebut. Dan lebih dari 40 negara sudah bergabung dalam koalisi ini.

Hari ini, saya mengajak seluruh dunia mendukung upaya ini. Bagi mereka yang telah bergabung dengan ISIL harap segera meninggalkan zona pertempuran selagi masih ada waktu. Bagi mereka yang terus bergabung dengan ISIS dan berjuang untuk alasan kebencian, mereka akan ditinggalkan. Karena kami tidak akan menyerah dengan ancaman-ancaman yang ada, dan kami akan menunjukkan bahwa masa depan adalah milik mereka yang ingin membangun dunia –bukan yang ingin menghancurkannya. Jadi, inilah tantangan yang harus kita hadapi.

Kedua: Inilah waktunya bagi dunia—khususnya komunitas Muslim—untuk menunjukkan bahwa mereka menolak ideologi organisasi-organisasi seperti al Qaeda dan ISIS.

Ini merupakan salah satu tugas dari semua agama untuk mengakomodasi kepercayaaan agama yang taat dengan dunia yang modern dan berbagai ragam budaya. Tidak ada anak-anak yang terlahir dengan kebencian di dalam dirinya, dan tidak ada anak-anak—dimanapun—yang harus belajar untuk membenci orang lain. Tidak ada toleransi bagi pemuka agama yang menghimbau pengikutnya untuk menyakiti orang-orang tak bersalah karena mereka Yahudi, atau karena mereka beragama Kristen maupun karena mereka adalah Muslim. Sudah saatnya orang-orang  beradab di dunia ini kompak memerangi sumber yang paling fundamental, yaitu meracuni pikiran-pikiran kaum muda dengan ideologi kekerasan.

Hal itu berarti memutus aliran dana bagi mereka yang membiayai kebencian ini. Inilah saatnya untuk mengakhiri kemunafikan mereka yang mengumpulkan kekayaan dari ekonomi global dan menggunakan dana tersebut untuk mereka yang mengajarkan kepada anak-anak untuk memusnahkannya.

Hal itu berarti mempertanyakan ruang yang dipergunakan oleh teroris, termasuk internet dan media sosial. Propaganda mereka telah membuat para kaum muda pergi ke luar negeri dan bergabung dalam perang mereka, dan mengubah para pelajar—orang muda yang penuh potensial—menjadi pembom bunuh diri. Kami harus menawarkan visi alternatif.

Hal itu berarti menyatukan orang-orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. Seluruh agama telah diserang oleh kaum ekstremis di beberap titik, dan semua orang yang memiliki kepercayaan bertanggungjawab untuk menunjukkan nilai-nilai dalam setiap agama: Lakukan kepada sesamamu seperti apa yang kamu—apa yang kamu akan lakukan bagi dirimu sendiri.

Ideologi ISIS atau al Qaeda atau Boko Haram akan terlupakan dan mati jika kita terus menerus menentangnya. Contohnya, Forum baru untuk Mempromosikan Perdamaian di Kalangan Muslim—Sheikh bin Bayyah memaparkan tujuannya: “Kita harus menyatakan perang terhadap perang, sehingga hasilnya perdamaian akan terwujud.” Lihat juga kaum muda Muslim di Inggris yang merespon propaganda teroris dengan memulai kampanye “BukanNamaKu” (NotInMyName), yang menyatakan,”ISIS berlindung di balik Islam yang salah.” Lihat juga pemimpin Muslim dan Kristen yang bersama-sama datang ke Republik Afrika Tengah menentang kekerasan; mendengarkan Imam yang mengatakan,”Politik mencoba untuk membelah agama-agama di negara kita, namun agama bukanlah penyebab kebencian, perang maupun konflik.”

Siang hari ini, Dewan Keamanan akan mengadopsi resolusi yang menekankan pentingnya tanggungjawab i negara-negara untuk mengatasi kekerasan ekstremisme. Namun resolusi ini haruslah diikuti dengan komitmen nyata, jadi kita mampu bertanggungjawab terhadap resolusi tersebut meski belum mampu mewujudkannya. Tahun depan, kita semua harus bersiap mengumumkan langkah-langkah nyata yang telah kita ambil guna menghadapi ideologi ekstrimisme di negara kita sendiri—dengan menyingkirkan sikap tidak bertoleransi dari sekolah-sekolah, menghentikan radikalisasi sebelum menyebar, dan mendukung institusi-institusi dan program-program yang mampu menggalang pemahaman diantara kita.

Ketiga, kita harus menghentikan siklus konflik—terutama konflik sektarian—yang menciptakan tempat bagi teroris.

Perang didalam agama bukanlah hal yang baru. Kaum Kristen telah mengalami konflik sektarian yang berkepanjangan. Hari ini, kekerasan terhadap komunitas Muslim telah menjadi sumber kesengsaraan manusia. Ini saatnya bagi kita untuk menyadari kerusakan yang ditimbulkan oleh peperangan dan kampanye terror antara pengikut Suni dan Syiah di Timur Tengah. Dan ini pula saatnya bagi pemimpin politik, masyarakat dan agama untuk menolak konflik. Jadi jelas tidak ada pemenangnya dalam peperangan ini. Perang saudara brutal di Suriah telah memakan korban jiwa hampir 200.000 orang, dan mengakibatkan jutaan orang kehilangan tempat tinggalnya. Irak nyaris saja kembali ke jaman kegelapan. Konflik telah menciptakan lading subur bagi perekrutan teroris yang tidak terelakkan lagi dalam mengadopsi kekerasan.

Berita baiknya adalah kita mampu membalikkan arus ini. Kita memiliki pemerintahan inklusif yang baru di Baghdad; negara-negara tetangga menyambut perdana menteri Irak yang baru; faksi-faksi di Libanon menolak siapa saja yang memprovokasi perang. Dan langkah-langkah ini harus diikuti oleh gencatan senjata yang lebih luas. Tidak ada yang lebih penting daripada Suriah.

Bersama dengan mitra-mitra kami, Amerika tengah melatih dan membekali oposisi Suriah untuk melawan teroris ISIS dan kebrutalan rezim Assad. Namun solusi yang paling baik bagi perang saudara di Suriah adalah politik—transisi politik yang inklusif untuk menjawab aspirasi seluruh rakyat Suriah, terlepas etnis dan kepercayaannya.

Mereka yang sinis bisa saja berargumentasi hasil yang demikian tidak akan pernah tercapai. Namun tidak ada cara lain untuk mengakhiri kegilaan ini, apakah itu setahun atau sepuluh tahun dari sekarang. Hal ini juga menandakan saatnya untuk memperluas perundingan di kawasan di mana para pemiliki kekuasaan yang besar harus mengatasi perbedaan mereka secara langsung, jujur dan damai daripada saling menghunus senjata. Saya berjanji pada Anda semua Amerika akan tetap berkomitmen di kawasan ini dan kami selalu siaga untuk terlibat dalam upaya tersebut.

Poin ke-empat dan terakhir saya yang paling penting adalah negara-negara Arab dan komunitas Muslim di dunia harus fokus pada potensi masyarakat mereka yang luar biasa terutama kaum muda.

Di sini, saya ingin langsung katakan kepada Anda, kaum muda di seluruh komunitas Muslim di dunia. Kalian berasal dari sebuah tradisi yang luar biasa yang menjunjung pendidikan, bukan ketidaktahuan; inovasi, bukan pengrusakan, martabat kehidupan, bukan pembunuhan. Mereka yang mengajak kalian keluar dari jalur tersebut sesungguhnya mengkhianati tradisi tersebut dan bukan membelanya.

Kalian telah menunjukkan bahwa jika kaum muda telah memiliki perangkat untuk berhasil – sekolah yang baik, pendidikan matematika dan iptek, ekonomi yang memupuk kreativitas dan kewiraswastaan — maka masyarakat akan berkembang. Amerika akan bermitra dengan mereka yang mempromosikan visi tersebut.

Masyarakat sebuah negara akan lebih berhasil jika kaum perempuannya turut berpartisipasi secara penuh dalam bidang politik dan ekonomi negara tersebut. Karenanya, kami mendukung partisipasi perempuan di parlemen dan dalam proses perdamaian, pendidikan dan ekonomi.

Jika kaum muda-nya hanya hidup di antara pilihan: sebuah negara yang penuh dengan perintah atau iming-iming kaum ekstremis bawah tanah, maka tidak ada satu strategi pun yang dapat menanggulangi terorisme. Namun jika sebuah masyarakat madani sejati dapat berkembang di mana masyarakat dapat mengutarakan pandangannya dan berkumpul secara damai untuk kehidupan yang lebih baik maka ada lebih banyak pilihan untuk mengatasi terorisme.

Perubahan yang positif tidak harus mengorbankan tradisi dan keyakinan. Di Irak, seorang pemuda merintis sebuah perpustakaan untuk para rekan sebayanya. “Kami menghubungkan warisan Irak dengan hati mereka,” katanya dan, “kami memberikan alasan bagi mereka untuk tetap di sini.” Di Tunisia, kaum sekuler dan partai politik Islam bekerjasama membuat sebuah konstitusi baru melalu sebuah proses politik. Di Senegal, masyarakat madani berjuang bersama pemerintahan demokrasi yang kuat. Di Malaysia, kewiraswastaan yang dinamis mendorong negara tersebut menjadi salah satu negara dengan perekonomian yang maju. Dan kita melihat Indonesia, dimana sebuah transisi yang penuh kekerasan telah berubah menjadi sebuah demokrasi yang sejati.

Kini, pada akhirnya, tugas menolak sektarianisme dan ekstremisme adalah sebuah tugas turun temurun dan tugas bagi masyarakat Timur Tengah sendiri. Tidak ada kekuatan luar yang dapat membawah perubahan hati dan pikiran. Amerika akan tetap menjadi mitra yang selalu menghormati dan konstruktif. Kami tidak akan menolerir tempat perlindungan bagi kaum teroris maupun bertindak sebagai kekuasaan yang menjajah. Kami akan mengambil tindakan melawan ancaman terhadap keamanan maupun sekutu kami sekaligus membangun konsep kerjasama penanggulangan terorisme. Kami akan meningkatkan upaya bagi mereka yang menentang ideologi ekstremis dan mereka yang berusaha menyelesaikan konflik sektarian. Kami juga akan mengembangkan program-program yang mendukung kewiraswastaan dan masyarakat madani, pendidikan dan pemuda karena investasi terhadap hal-hal tadi adalah senjata terbaik melawan kekerasan.

Kami juga menyadari bahwa kepemimpinan menjadi hal penting dalam mengatasi konflik antara Palestina dan Israel. Meski tampak kelam, Amerika tidak akan menyerah untuk mencapai perdamaian. Pahamilah bahwa situasi di Irak dan Suriah dan Libya seharusnya membuka mata mereka yang melihat konflik Arab-Israel sebagai sumber utama masalah di kawasan tersebut. Sudah terlalu lama hal tersebut dijadikan alasan untuk mengalihkan perhatian masyarakat akan masalah yang terjadi di dalam negeri. Kekerasan yang berkecamuk di kawasan ini sekarang telah mengakibatkan banyak masyarakat Israel meninggalkan upaya keras mereka untuk mewujudkan perdamaian. Dan itu menjadi hal berharga yang sebaiknya direnungkan oleh masyarakat Israel.

Yang jelas status quo di Tepi Barat dan Jalur Gaza tidak dapat dibiarkan berkepanjangan. Kita tidak bisa berpaling dari upaya ini apalagi pada saat roket ditembakkan ke arah warga Israel yang tidak berdosa atau nyawa anak-anak Gaza yang diambil dari kita semua. Selama saya menjabat Presiden, kami memegang prinsip bahwa rakyat Israel, Palestina, kawasan, dan dunia akan menjadi lebih adil dan aman dengan adanya solusi dua negara yang hidup berdampingan secara damai dan aman.

Inilah yang Amerika akan lakukan: Amerika akan segera bertindak menghadapi setiap ancaman sekaligus meyakinkan dunia yang semakin tidak menyadari pentingnya untuk bertindak demikian. Amerika Serikat tidak akan mundur dalam membela kepentingannya dan tidak akan mundur pula dari janji institusi negara ini dan juga Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia di mana konsep perdamaian bukanlah sekedar tidak adanya peperangan namun terciptanya hidup yang lebih baik.

Saya sadar para pengritik Amerika akan langsung berkata bahwa kadang kami juga pernah gagal mencapai cita-cita; bahwa Amerika sendiri memiliki masalah yang berat di dalam negeri. Memang benar. Pada musim panas lalu bertepatan dengan instabilitas yang  terjadi di Timur Tengah dan Eropa Timur, saya tahu dunia juga menyaksikan di sebuah kota kecil Amerika, Ferguson di Missouri ketika seorang pemuda terbunuh dan masyarakat terbelah. Memang kami memiliki ketegangan ras dan etnis kami sendiri. Dan seperti negara lainnya, kami terus berjuang menyandingkan perubahan yang terjadi dengan cepat akibat globalisasi dan perbedaan yang besar dengan tradisi yang kita junjung tinggi.

Namun kami menyambut penilaian dunia karena apa yang Anda lihat di Amerika adalah sebuah negara yang tidak berhenti bekerja mengatasi masalah, membuat persatuan kami semakin kokoh, menjembatani perbedaan yang ada saat bangsa ini didirikan. Amerika tidak sama seperti 100, 50 atau bahkan 10 tahun yang lalu. Kami berjuang meraih cita-cita kami dan kami rela mengkritik diri kami sendiri saat kami gagal. Kami meminta pertanggungjawaban dari para pemimpin kami dan mempertahankan kebebasan pers dan peradilan yang independen. Kami mengatasi perbedaan-perbedaan kami melalui wadah demokrasi terbuka dengan menghormati aturan hukum, bersama orang –orang dari berbagai latar ras dan agama dan dengan keyakinan yang teguh dari para pria dan perempuan untuk mengubah komunitas, keadaan, dan negara mereka menjadi lebih baik.

Setelah hampir enam tahun menjadi presiden, saya percaya janji ini dapat membantu menerangi dunia. Selama ini, saya melihat keinginan besar terjadinya perubahan yang positif akan adanya perdamaian, kebebasan, peluang, dan berakhirnya kefanatikan di mata para pemuda yang saya jumpai di seluruh dunia.

Mereka mengingatkan saya bahwa siapapun kita, asal kita, rupa kita, Tuhan kita, ataupun siapa yang kita cintai, ada hal mendasar yang kita anut bersama. Eleanor Roosevelt, seorang pejuang peran PB dan Amerika dalam hal ini pernah bertanya, “Di manakah sesungguhnya hak asasi manusia universal berawal? Di tempat yang kecil,” katanya. “Dekat dengan rumah, sangat dekat dan sangat kecil sehingga tidak tercantum di peta bumi manapun. Tempat itu adalah dunia setiap orang: tetangga, sekolah atau kampus, pabrik, pertanian, ataupun kantor tempat mereka bekerja.”

Di seluruh dunia, para pemuda terus bergerak mendambakan dunia yang lebih baik. Di seluruh dunia, di tempat-tempat yang kecil, mereka berupaya mengatasi kebencian dan fanatisme dan sektarianisme. Mereka belajar untuk saling menghormati mengesampingkan perbedaan yang ada.

Masyarakat dunia kini memandang kami di sini untuk menjadi layak, bermartabat dan berani seperti yang ingin mereka lakukan dalam hidup mereka sehari-hari. Di persimpangan jalan ini, saya berjanji bahwa Amerika Serikat tidak akan terganggu maupun tehalangi untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Kami adalah ahli waris dari sebuah warisan yang sangat agung yaitu kebebasan dan kami siap melakukan apapun yang perlu dilakukan untuk mengamankan warisan tersebut untuk generasi yang akan datang. Saya mengajak Anda semua untuk bergabung dengan misi bersama ini demi anak-anak masa kini dan yang akan datang.

Terima Kasih (tepuk tangan)