Sepuluh Tahun Kematian Aktivis HAM Munir Said Thalib

Bagi rakyat Indonesia yang menyayanginya, ia dikenal sebagai Munir. Ia mengabdikan hidupnya untuk membuat negaranya menjadi lebih demokratis, lebih bebas, dan lebih berperikemanusiaan. Hari ini, sepuluh tahun yang lalu, seseorang membunuhnya karena khawatir ia akan berhasil.

Namun, hingga hari ini, keadilan masih belum ditegakkan. Penyelidikan menyeluruh terhadap semua pihak yang diduga terlibat masih belum menemukan titik terang.  Tahun 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa penuntasan kasus Munir akan menjadi ujian utama bagi demokrasi Indonesia. Pernyataan tersebut masih berlaku hingga kini. Kami mendukung semua upaya untuk mengadili siapa pun yang memberi perintah untuk membunuh Munir.

Munir adalah suara hati nurani dan kejernihan. Ia telah mengilhami begitu banyak aktivis, cendikiawan, dan pengabdi masyarakat yang saat ini mentransformasi Indonesia. Begitu banyak orang, termasuk istri yang ia tinggalkan, Suciwati, yang mengenang Munir dengan meneruskan perjuangannya.

Hari ini, bersama rakyat Indonesia kami ikut mengenang peninggalan Munir Said Thalib, dan kami menyerukan perlindungan bagi semua yang mendedikasikan diri untuk perdamaian, demokrasi, dan HAM di seluruh dunia.