BATURAJA, INDONESIA – Di antara ratusan orang yang berpartisipasi dalam operasi airborne gabungan yang menjadi salah satu aktivitas Super Garuda Airborne pada 3 Agustus 2022, 1st Sergeant Dan Alexander, First Sergeant, Kompi A, Batalion Infanteri 2-35, tidak sengaja melihat emblem atau tab “Ranger” tersemat di bagian lengan seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Selama bertahun-tahun di Angkatan Darat, Alexander sudah pernah bertemu dengan para siswa lulusan pendidikan Ranger, tetapi ia belum pernah bertemu dengan siswa internasional di negara asal mereka.
“Saya bertanya kepadanya ketika dia lewat,” kata Alexander. “Matanya pun berbinar.” Mayor Arief Widyanto adalah salah satu dari segelintir prajurit TNI yang mendapat “gelar” Ranger. Ranger School merupakan program terberat Angkatan Darat dan sekolah unggulan untuk taktik unit kecil dan kepemimpinan. Program ini mencakup lebih dari 60 hari pelatihan berat di berbagai medan yang memakan waktu berjam-jam sepanjang hari. Siswa yang menyelesaikan program berhak mendapatkan emblem Ranger yang terdiri dari warna hitam dan emas, yang menandakan kecakapan taktis dan keterampilan kepemimpinan mereka. “Saya berasal dari daerah yang kelembabannya cukup tinggi, sedangkan saya mengikuti program Ranger saat musim dingin, sehingga itu pengalaman yang cukup berat bagi saya,” kata Arief. “Sayangnya, saya ‘didaur ulang’ saat Fase Gunung,” ujarnya lagi, merujuk pada Mountain Phase of Ranger School. Fase ini mencakup instruksi tentang tugas-tugas prajurit selama pendakian gunung, pelatihan mobilitas, dan teknik untuk operasi patroli tempur berkelanjutan di daerah pegunungan. Tak lama setelah mereka bertemu, kedua prajurit ini sama-sama terkejut ketika mereka menyadari bahwa Alexander adalah Instruktur Ranger Fase Gunung yang menilai Arief saat pendidikan Ranger. “Alexander memberikan persetujuan ‘Go,'” kenang Arief sambil tersenyum. “Dia mengembalikan hidup saya karena dia mengizinkan saya untuk melanjutkan program.” Arief lulus Fase Gunung setelah menerima ‘Go’ tersebut, hingga akhirnya ia mendapatkan emblem Ranger-nya. Arief terus menggunakan pelajaran yang didapatkan dari pelatihannya di Amerika Serikat untuk membantu rekan-rekan prajurit bawahannya. “Pelajaran terpenting yang dipelajari dari Ranger School adalah cara kerja kepemimpinan,” kata Arief. “Pelajaran ini lah yang membawa kesuksesan bagi saya.” Arief telah memegang berbagai posisi dan peran kepemimpinan selama 17 tahun pengabdiannya di TNI. Prestasi terakhirnya adalah menyelesaikan Sekolah Staf dan Komando TNI. Pada Januari 2022 ia memegang tokat komando Batalion Infanteri Para Raider 501 di Jawa Barat. “Saya rasa pertemuan ini memperlihatkan pentingnya hubungan antarindividu, dan kita tidak pernah tahu dampaknya bagi masa depan para individu tersebut,” ujar Alexander. “Saat itu saya seorang Instruktur Ranger muda yang melatih dan mengevaluasi siswa, dan tanpa saya ketahui, ternyata kini salah satu dari mereka menjadi komandan batalion airborne di negara mitra AS di Pasifik.” Selama berada di Indonesia untuk Super Garuda Shield, Alexander dan prajuritnya di 2-35 IB bekerja sama secara erat dengan TNI. “Kami menghabiskan sebagian besar waktu untuk berdiskusi dan mendapatkan ilmu tentang cara bergerak dan bermanuver di lingkungan hutan,” kata Alexander. “Latihan Lapangan mungkin menjadi tempat utama kami menyerap itu semua.” Latihan-latihan seperti Super Garuda Shield meningkatkan kemampuan negara-negara peserta untuk bekerja sama di seluruh spektrum militer dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan antara prajurit tentara AS dan Indonesia. “Di belahan dunia manapun Mayor Arief berada, AS akan selalu menjadi temannya,” kata Alexander. “Sekali Ranger tetap Ranger, bahkan ketika seorang prajurit merupakan anggota militer negara lain.”—
Ditulis oleh Sgt. Nicholle Salvatierra
TPASE ke-201, Angkatan Darat AS