Utusan Kebudayaan AS Dukung Proyek Pelestarian Warisan Kuliner Indonesia

Asisten Menlu Bidang Pendidikan dan Kebudayaan AS Lee Satterfield dan Mei Batubara dari Pusaka Rasa Nusantara dalam jamuan makan siang oleh Kedutaan Besar AS-Pusaka Rasa Nusantara pada 14 September. (Photo: State Dept. / Budi Sudarmo)

YOGYAKARTA, INDONESIA – Pada 14 September di Yogyakarta, Asisten Menteri Luar Negeri Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Amerika Serikat Lee Satterfield dan perwakilan komunitas seni dan pendidikan Indonesia menghadiri jamuan makan siang yang diadakan oleh Kedutaan Besar AS untuk merayakan dukungan AS terhadap upaya pelestarian warisan Indonesia. Acara ini menitikberatkan pada sebuah program warisan kuliner yang didanai AS dan menampilkan berbagai resep tradisional dan bahan-bahan lokal yang dikumpulkan oleh sebuah tim yang memimpin upaya bersejarah untuk melestarikan warisan kuliner dan tradisi makanan Indonesia yang beragam. Program tahun jamak “Pusaka Rasa Nusantara” yang dipimpin oleh Nusa Gastronomy Foundation ini didanai oleh Kedubes AS Jakarta melalui Dana Duta Besar untuk Pelestarian Budaya (Ambassador’s Fund for Cultural Preservation Program / AFCP).

AFCP mendukung program-program pelestarian berbagai warisan budaya termasuk bangunan bersejarah, situs arkeologi, objek etnografi, lukisan, manuskrip, bahasa pribumi, serta bentuk ekspresi budaya tradisional lainnya. Sejak peluncurannya, AFCP telah mendukung lebih dari 900 program pelestarian budaya di lebih dari 200 negara. Sejak 2001, ada sembilan program di Indonesia yang telah didanai, termasuk pelatihan pelestarian naskah kuno untuk keraton Surakarta dan Yogyakarta (2001), restorasi karya seni arsitektur kaca di Institut Teknologi Bandung (2006), konservasi tinggalan megalitik di Sulawesi Tengah (2010), dan pemugaran bangunan bersejarah Rumah Tjong A Fie di Medan, Sumatra Utara (2014).

Menggarisbawahi pentingnya melestarikan dan menghubungkan budaya, Asisten Menteri Satterfield mengatakan, “Hari ini kita merayakan makanan yang menjadi mesin pendorong budaya dan masyarakat selama sekian banyak generasi. Melalui Dana Duta Besar untuk Pelestarian Budaya, Amerika Serikat dan mitra-mitra lokal dapat mendokumentasikan dan berbagi tradisi kuliner ini dengan generasi masa depan Indonesia, dan juga dengan komunitas global.”

Indonesia memiliki lebih dari 1.340 suku bangsa dengan resep-resep makanan unik mereka sendiri. Banyak resep yang dilupakan karena produksi makanan secara massal dan ketergantungan pada tradisi lisan untuk mewariskan resep dari generasi ke generasi. Melalui AFCP, Nusa Gastronomy Foundation melestarikan warisan dan praktik kuliner tradisional Indonesia dengan mendokumentasikan resep asli, sekaligus melestarikan praktik kuliner, resep, dan tradisi yang menopang identitas budaya Indonesia yang beragam. Program ini juga berupaya memberdayakan pemilik bisnis lokal perempuan dan menyoroti hubungan antara tradisi makanan lokal dan praktik pertanian berkelanjutan. Pusaka Rasa Nusantara merupakan proyek pertama dalam 20 tahun sejarah AFCP yang berfokus secara khusus pada pelestarian warisan kuliner dan tradisi makanan.

Tim Pusaka Rasa Nusantara bermitra dengan kementerian, pemerintah daerah, media nasional dan daerah, pecinta kuliner, komunitas lokal, pemengaruh, dan penggemar gastronomi. Komunitas “Penjaga Rasa” yang baru saja dibentuk oleh Pusaka Rasa Nusantara menjadi tempat bagi para penjaga resep tradisional untuk berbagi cerita dan tantangan. Hingga saat ini, penelitian Pusaka Rasa Nusantara telah membawa tim ke seluruh nusantara, termasuk ke Kabupaten Sula di Maluku Utara, Yogyakarta, dan Padang, dan akan dilanjutkan dengan lokasi-lokasi termasuk Sumba, Kalimantan, dan Belitung.

Kedutaan Besar AS dan Nusa Gastromony Foundation meluncurkan Pusaka Rasa Nusantara pada November 2021, bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan, sebagai bagian dari Pekan Kebudayaan Nasional. Pada peluncuran tersebut, Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y. Kim mengatakan, “Seiring kita membangun kembali dengan lebih baik setelah pandemi COVID-19, kita merayakan elemen-elemen penting dalam hidup kita yang menopang dan merawat kita—dan cara-cara manusia mengekspresikan identitas saat memenuhi kebutuhan dasar.”

Acara jamuan di Yogyakarta juga menampilkan pertunjukan oleh sejumlah figur Indonesia yang pernah mengikuti pertukaran dan program pemerintah AS:

  • Peni Candra Rini, yang menerima hibah OneBeat Accelerator setelah mengikuti pertukaran OneBeat pada 2014 untuk proyeknya “Kinanthi Kunci Ati,” serangkaian komposisi dan aransemen asli gamelan tradisional yang ditulis untuk kuartet alat musik gesek.
  • Papermoon Puppet Theatre, peserta program Center Stage yang disponsori AS pada 2012, yang berbasis di Yogyakarta dan menggunakan boneka untuk menciptakan pertunjukan multimedia yang memantik dialog antara penonton dan seniman.
  • Nalitari, sebuah organisasi tari inklusif yang berbasis di Yogyakarta, yang berawal dari lokakarya Kedutaan Besar AS pada 2013, dan membantu anggota komunitas penyandang disabilitas bersatu dan mengekspresikan kreativitas melalui seni tari.
Iga sapi asap AS dengan saus vide 72 jam dan disajikan dengan sambal kedondong dari Pulau Sula (Photo: State Dept. / Budi Sudarmo)
Udang dengan Jruek Durien, saus durian fermentasi asal Aceh (Photo: State Dept. / Budi Sudarmo)
Ikan Kuah Kuning dengan Papeda dari Halmahera (Photo: State Dept. / Budi Sudarmo)
Peni Candra Rini, alumni program OneBeat 2014 yang disponsori Departemen Luar Negeri AS dan vokalis serta komposer sindhen ternama (Photo: State Dept. / Budi Sudarmo)
Nalitari, sebuah komunitas tari inklusif yang didirikan sebagai hasil dari program pelatihan Dance Ability Kedutaan Besar AS tahun 2013 (Photo: State Dept. / Budi Sudarmo)
Papermoon Puppetry, alumni program Center Stage 2012 (Photo: State Dept. / Budi Sudarmo)